Liputan6.com, Jakarta Pendidikan menjadi kunci utama bagi anak untuk menjalani kehidupan mandiri dan terampil di masa depan, termasuk bagi anak penyandang autisme.
Meski dari sisi pendidikan autisme membutuhkan bimbingan, pengawasan, dan dukungan khusus, bukan berarti mereka harus dipisahkan dari anak lainnya.
Advertisement
Sejak 1998, Organisasi Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) telah merekomendasikan pendidikan inklusi, yaitu kegiatan mengajar anak berkebutuhan khusus di kelas reguler atau umum.
Seperti Amerika, Jepang, Korea dan beberapa negara lainnya sudah menjalankan pendidikan inklusi untuk anak-anak dengan autisme . Indonesia sendiri menyetujui dan turut serta dalam program pendidikan ini, hanya saja belum merata.
Seberapa efektif pendidikan inklusi bagi anak penyandang autisme?
Bradley McGarry, seorang peneliti dan juga Direktur Autism and Asperger Initiative di Universitas Mercyhurst, Pennysylvania, Amerika Serikat, berpendapat, pendidikan inklusi sangat baik untuk mendukung kemandirian anak penyandang autisme di masa mendatang.
"Menurut saya jika guru, kelas, dan murid semuanya siap menerima pendidikan inklusif itu akan berjalan efektif. Tapi kalau muridnya siap dan gurunya tidak bisa mengatasi semua murid di kelas itu, saya tidak bisa menjaminnya," ujar Bradley kepada Health-Liputan6.com, ditulis Jumat (26/5/2017).
Ketidaksiapan antara pengajar dan anak, menurut Bradley, akan menggagalkan keefektifan pendidikan inklusi. Karena jika tidak siap, guru akan susah mengatur tingkah laku muridnya, "Atau jika tidak, gurunya akan lebih terfokus kepada anak yang autis saja," Bradley mengatakan.
Menurut Bradley, pendidikan inklusi sebenarnya berguna untuk membentuk kepercayaan diri anak penyandang autisme. Mereka bisa belajar mandiri dan tumbuh dewasa selayaknya anak lain.
"Tapi jika kamu memisahkan antara anak autisme dan anak yang tidak (autis) disini, mereka (anak penyandang autisme) tidak akan dapat kepercayaan diri sepenuhnya di lingkungan mereka nanti," ujar Bradley.
Selain menjalani pendidikan khusus, Bradley menyampaikan, anak penyandang autisme juga membutuhkan terapi yang spesifik serta dukungan moral dari keluarga dan lingkungan.