Liputan6.com, Jakarta - Bom Kampung Melayu rupanya menyisakan trauma bagi beberapa pihak. Seperti Priti, petugas loket halte Transjakarta yang berdekatan dengan lokasi ledakan.
Priti merasa beruntung karena dia masuk shift pagi sehingga ia sudah tiba di rumah saat ledakan bom terjadi. Hanya saja, keesokan harinya harus tetap masuk kerja meski halte tak beroperasi.
Advertisement
Tak disangka, Priti menyaksikan beberapa organ tubuh di halte Transjakarta. Wanita berambut panjang itu hanya berani melihat sekilas lalu kembali ke loket.
"Masih trauma saja, terus enggak nafsu makan jadinya," kata Priti, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Priti baru mengetahui adanya bom Kampung Melayu melalui televisi. Setelah itu grup pesan singkat di ponselnya ramai. Termasuk pesan dari rekan kerjanya yang bertugas saat ledakan terjadi.
"Ledakan pertama, ledakan kedua dia masih di sini. Baru keluar setelah ledakan kedua. Dia enggak banyak cerita, cuma enggak bisa tidur, trauma karena kejadian itu," ungkap dia.
Kini, Priti tetap bekerja meski halte belum beroperasi karena perbaikan. Sementara ini dia bertugas memberikan informasi kepada masyarakat untuk beralih ke halte lain, walau hidungnya kerap diganggu bau amis di tempat kerjanya itu.
"Masih bau. Di sana semua termasuk yang kepala. Kan setelah kejadian baru hari ini ada yang berani ke sana. Jadi baunya masih tercium," Priti menandaskan.
Ledakan bom bunuh diri terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu 24 Mei 2017 sekitar pukul 21.00 WIB. Ledakan terjadi dua kali dalam rentang berdekatan.
Akibat bom Kampung Melayu lima orang tewas, dua di antaranya diduga kuat pelaku dan tiga lainnya anggota kepolisian. Polisi telah menangkap tiga terduga pelaku lain di Kota Bandung, Jawa Barat.