Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan bea dan cukai hingga 24 Mei 2017 mencapai Rp 42 triliun. Angka ini meningkat 15,3 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Kasubdit Penerimaan DJBC Rudi Rahmaddi mengatakan, dari angka tersebut, bea masuk berkontribusi sebesar Rp 12,7 triliun, cukai menyumbang Rp 27,8 triliun yang terdiri dari cukai hasil tembakau Rp 26 triliun, cukai etil alkohol Rp 59 miliar dan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) Rp 1,7 triliun. Sedangkan penerimaan dri bea keluar sebesar Rp 1,4 triliun.
"Kita sudah tumbuh positif, total sekitar 15,3 persen (dibandingkan periode yang sama tahun lalu). Kalau realisasi (target 2017) sampai 24 Mei sudah 21,9 persen," ujar dia di Kantor DJBC, Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Dia menjelaskan, penerimaan dari untuk bea masuk banyak disumbang dari kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di mana Indonesia merupakan produsen terbesar komoditas ini. Kemudian juga dari ekspor mineral dan batu bara dengan adanya kebijakan relaksasi ekspor.
Baca Juga
Advertisement
"Pertama dari harga CPO, kedua dari ekspor minerba karena ada kebijakan relaksasi dari pemerintah. (Realisasi bea keluar) Sudah 405 persen dari target, pertumbuhannya dibandingkan tahun lalu sudah 67,34 persen," kata dia.
Menurut Rudi, pada periode jelang Ramadan dan Lebaran biasanya tren pertumbuhan bea dan cukai akan mengalami lonjakan. Hal tersebut lantaran meningkatkan jumlah impor barang konsumsi pada dua momen tersebut.
"Tren kita sebagai mana setiap tahun, ada tren musiman menghadapi Lebaran itu biasanya efek selalu positif terhadap penerimaan kita. Kita melihat kemungkinan untuk tahun ini efek itu akan terjadi di Mei. Penerimaan yang bagus dari bea masuk dan cukai kalau dampak dari Lebaran, karena utamanya dari konsumsi," jelas dia.
Namun Rudi belum bisa memperkirakan dampak dari Ramadan dan Lebaran tahun ini terhadap penerimaan bea masuk dan cukai.
"Kita ekspektasi ada lonjakan dari penerimaan bea masuk terutama impor barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan Lebaran. Sedangkan untuk cukai dari rokok. Tapi sementara ini kita belum lihat karena bulan Mei ini belum habis. Kita memantau apakah efek lebaran tahun ini lebih baik dari efek lebaran tahun lalu. Tapi masih dalam pantauan," tandas dia.