Liputan6.com, Jakarta - Ledakan bom terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Teroris kembali menjadikan anggota polisi sebagai target serangan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan alasan para teroris mengarahkan serangan kepada anggota kepolisian. Saat ledakan terjadi di Kampung Melayu, polisi yang jadi korban tengah mengamankan pawai obor menyambut Ramadan.
Advertisement
Menurut Tito, doktrin yang teroris gunakan saat ini disebut dengan doktrin Takhfili. Takhfili merupakan ajaran yang menganggap segala sesuatu yang bukan berasal dari Tuhan dinyatakan haram.
Paham ini, jelas Tito, tidak hanya berlaku untuk orang nonmuslim. Umat muslim yang dianggap tidak sepaham bisa disebut kafir atau keluar dari agama Islam.
Sebutan kafir pun terbagi menjadi dua, yakni kafir Harbi dan Dzimmi. Kafir Harbi merupakan kelompok yang memerangi kaum mereka. Sedangkan kafir dzimmi yang tidak memerangi mereka tapi harus tunduk pada mereka.
"Nah Polri karena tugasnya, sesuai undang-undang, kita melakukan penegakan hukum terhadap terorisme, sering tangkap, upaya paksa dan lain-lain, bagi mereka (Polri) kafir harbi," kata Tito usai meninjau lokasi bom Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Kelompok ini juga terindikasi kuat berafiliasi dengan ISIS. Komando pergerakan kelompok ini ada di bawah Bahrun Naim, anggota ISIS asal Indonesia yang berada di Raka.
Serangan ini dinilai tidak hanya kasus lokal, tapi fenomena global. Hal ini disebabkan ISIS di negara asalnya Suriah sudah tertekan oleh serangan dari negara Adidaya seperti Rusia dan Amerika Serikat.
Kondisi ini berujung pada perintah desentralisasi. Mereka membuat kelompok kecil di berbagai negara dan melakukan serangan guna menarik perhatian.
"Makanya terjadi serangan di Manchester, di Filipina, juga di Indonesia. Di sini adalah sel yang terkait Bahrun Naim, orang Indonesia di Suriah," Tito memungkas.