Asal Usul Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia

Setiap 28 Mei diperingati sebagai Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia, apa alasannya dipilih tanggal tersebut?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 28 Mei 2017, 10:00 WIB
Siklus Menstruasi yang Normal

Liputan6.com, Jakarta Setiap 28 Mei diperingati sebagai Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia. Kemungkinan, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui atau bahkan belum pernah mendengar peringatan hari terkait menstruasi tersebut. 

Menurut Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Eni Gustina, tanggal 28 Mei dipilih sebagai Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia tak lepas dari fakta mengenai menstruasi.

"Rata-rata wanita menstruasi dengan interval sekitar 28 hari sekali. Lalu, rata-rata lama menstruasi lima hari (lima diasosiasikan dengan Mei). Sehingga setiap tahun diperingati pada 28 Mei," kata Eni.

Peringatan Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia jadi ajang edukasi pada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan selama menstruasi. Eni memaparkan banyak anak perempuan tidak memiliki pemahaman yang tepat bahwa menstruasi adalah proses biologis yang normal. Sayang, mereka justru baru mengenalnya pada saat menarke alias saat pertama kali mengalami menstruasi.

Tak cuma itu, beberapa anak perempuan cenderung menarik diri saat menstruasi. Hal ini membuat 11 persen siswa mereka merasa menstruasi berdampak signifikan pada aktivitas sosial berdasarkan data dari Burnet Institute Australia.

"Banyak anak yang masih malu, tertekan, dan cemas apabila siswa lain tahu ia sedang menstruasi. Nah, kalau ditahan tidak mengganti pembalut selama di sekolah bisa membuat infeksi," tutur Eni dalam temu media Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan ditulis Minggu (28/5/2017).

Bahaya yang bisa terjadi bila jarang mengganti pembalut serta tidak membersihkan bagian vagina dan sekitarnya dari darah adalah infeksi saluran kencing, infeksi saluran reproduksi, dan iritasi kulit.

Darah Menstruasi Menggumpal

Tak cuma tekanan sosial, fasilitas sanitasi di sekolah yang tidak memadai kerap membuat siswi enggan mengganti pembalut. "Misalnya toilet yang tidak bersih. Lalu gelap atau remang-remang. Tidak tersedia air bersih. Itu bisa membuat siswi mengurungkan niatnya mengganti pembalut," kata Eni lagi.

Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Setditjen Dikdasmen Kemendikbud RI, Jananantari, mengungkapkan pihaknya telah mencoba meningkatkan sarana dan prasarana toilet bersih di SD-SMA terutama di Indonesia bagian timur.

"Kami Kemendikbud mencoba dari sisi sarana dana prasarana membangun toilet jamban yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Ini kita lakukan ke arah Indonesia bagian timur, karena di Jawa dan sekitarnya kemungkinan sudah bagus," papar Jananantari di kesempatan yang sama.

Jadi, pastikan saat menstruasi untuk rutin mengganti pembalut paling lama enam jam sekali. Lalu, bersihkan juga area vagina dari darah sehingga organ intim tetap bersih dan jauh dari risiko infeksi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya