Liputan6.com, Colombo - Jumlah korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Sri Lanka menjadi 122 orang. Sementara itu pusat manajemen bencana pemerintah menyebutkan 97 orang masih dinyatakan hilang.
Pemerintah Sri Lanka pun meminta bantuan internasional dalam menghadapi musibah tersebut.
Advertisement
Seperti dilansir The Telegraph, Minggu (28/5/2017) Kementerian Luar Negeri mengatakan, pihaknya telah meminta PBB dan negara tetangga untuk membantu dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Terkait hal itu, India telah mengirimkan tiga kapal Angkatan Laut bersama dengan sejumlah bantuan lainnya.
Kapal pertama, dikabarkan tiba di Kolombo pada 26 Mei 2017 waktu setempat.
Otoritas Sri Lanka menerangkan bahwa korban tewas berasal dari distrik Kalutara, Ratnapura, dan Matara. Sejauh ini, pihak militer dan regu penyelamat telah mengerahkan kapal dan helikopter untuk menjangkau lokasi bencana, namun akses digambarkan sangat sulit.
Setidaknya 415.618 orang di seluruh Sri Lanka terdampak akibat hujan deras yang mengguyur negara tersebut.
Juru bicara kepolisian Priyantha Jayakody mengonfirmasi bahwa tanah longsor terjadi di Kalutara, Ratnapura, dan Matara. Sementara itu juru bicara militer Roshan Senevirathne mengatakan, lebih dari 2.000 personel militer telah ditugaskan untuk membantu polisi dan agen sipil.
Waktu terbasah dalam satu tahun di selatan Sri Lanka biasanya terjadi dari bulan Mei hingga September. Negara kepulauan itu juga mendapat hujan deras dari bulan November sampai Februari.
Pejabat meteorologi Sri Lanka mengatakan, hujan deras pada Kamis lalu yang menyebabkan banjir dan tanah longsor adalah yang terburuk sejak tahun 2003 dan mereka memperkirakan akan terjadi lagi dalam beberapa hari mendatang.