Liputan6.com, Jakarta - Sebelum miliarder Elon Musk meluncurkan roket ke ruang angkasa dan membangun kereta berkecepatan tinggi, sejak kecil dia punya hobi membaca.
Bahkan miliarder itu bisa dibilang sangat "rakus" membaca. Pada usia sekitar 9 tahun, dia sudah kehabisan buku bacaan di perpustakaan sekolahnya. Bahkan dia membaca seluruh ensiklopedia Britannica, yang punya sekitar 32 ribu halaman. Demikian dikutip dari laman CNBC, Senin (29/5/2017).
Tak mengherankan jika CEO SpaceX dan Tesla ini membaca buku teks tentang ilmu pengetahuan dan fisika selama kariernya. Sepertinya ia mengajarkan diri sendiri soal eksplorasi ruang angkasa.
Mungkin ini tak terduga, namun fiksi juga juga memainkan peran penting dalam kehidupan Musk. Ada dua novel yang juga menajamkan pikiran miliarder di bidang teknologi. Salah satunya karya berjudul Lord of the Flies yang ditulis oleh William Golding.
Baca Juga
Advertisement
Novel klasik Golding ini berisi kelangsungan hidup dan persaingan. Ini berkesan bagi Musk. Keterkaitan antara dua karakter utama di buku itu mungkin membentuk misi hidupnya. Menyelamatkan umat manusia.
"Para pahlawan dari buku-buku yang saya baca, selalu merasa wajib menyelamatkan dunia," ujar dia.
Ralph, salah satu anak laki-laki Inggris di pulau terpencil tempat Lord of the Flies itu ada ingin menciptakan kode moral dan etika untuk menyelamatkan umat manusia. Sedangkan tokoh antagonis di buku itu Jack awalnya hanya memberontak, tapi makin lama didorong kekuasaan dan keserakahan.
Buku itu membentuk pandangan Musk terhadap dunia, terutama masa depannya sendiri. Misalkan dia secara terbuka mengkhawatirkan bahaya kecerdasan buatan di tangan manusia. Dalam sebuah surat terbuka, dia menulis kalau orang "harus" khawatir.
Selain itu novel yang juga menarik perhatian Musk yaitu Foundation karya Isaac Asimov. Karya pertama dari trilogi fiksi ilmiah Asimov, yaitu Foundation. Dalam ceritanya, seseorang mencoba selamatkan diri dari peperangan dan ketidaktahuan untuk menciptakan kerajaan alternatif.
Alam semesta yang diciptakan tokoh dalam buku itu disebut foundation. Ini tempat di mana sains, teknologi, dan seni memberikan perlindungan kepada orang-orang. Akan tetapi jika hanya toko protagonis berhasil melindunginya.
Buku Asimov mengajarkan Elon Musk soal peradaban bergerak dalam siklus. Ini berdasarkan wawancara Musk dengan Guardian pada 2013. Pelajaran itu mendorong dirinya mengejar ambisi.
Dua buku tersebut telah memberikan banyak tema, dan menunjukkan kalau seseorang dapat berdampak besar untuk dunia. Tak hanya dari novel saja Musk belajar, tetapi juga meluangkan waktu untuk membaca lebih ringan seperti komik.
"Saya membaca banyak komik. Saya membaca setiap komik di toko. Jika ada komik di rak, saya membacanya," tutur dia.