Liputan6.com, Garut - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, bakal menerapkan langkah pencegahan terhadap potensi terorisme. Hal itu dilakukan paska terungkapnya kontrakan Ahmad Sukri, terduga pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, masuknya warga pendatang baru yang terafiliasi dengan jaringan teroris memang sulit dihindari. Namun dengan semakin ketatnya pengawasan, gerak mereka semakin sempit.
"Kita kan punya RT-RW harus dioptimalkan, pokoknya perketat setiap pendatang baru, apalagi perilakunya berbeda, laporkan saja," ujar Helmi selepas apel gabungan di lapangan kantor Bupati Garut, Senin (29/5/2017).
Menurutnya, pengawasan ketat dibutuhkan untuk menghindari masuknya pendatang baru yang bisa meresahkan masyarakat. "Saya saja waktu kosan mengikuti aturan pakai surat pindah. jadi kita jangan terlalu longgar, termasuk mereka yang berperilaku aneh," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Helmi menilai, apa yang dilakukan Ahmad Sukri dengan menjadi 'pengantin' bom Kampung Melayu di luar nalar sebagai muslim. "Saya sependapat sama dengan ketua MPR, teroris itu tidak beragama," kata dia.
Seperti diketahui, pembom Kampung Melayu, Ahmad Sukri diketahui ternyata tinggal di Garut, Jawa Barat sebelum melakukan aksinya Rabu pekan lalu. Dia mengontrak dua rumah di RT 01 dan 03 RW 06, Kampung Cempaka Karang Pawitan, Garut, Jawa Barat. Rumah itu diperuntukkan bagi anak dan para istrinya.
Dalam penggeledahan yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri Jumat lalu, ditemukan kardus bekas bergambar panci di belakang rumah Ahmad Sukri.
Temuan ini semakin menguatkan penjelasan Mabes Polri yang menyatakan jika kedua pembom Kampung Melayu yang tewas di tempat itu bahan peledaknya.