Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh warga negara Indonesia (WNI) -Sebelumnya dikabarkan 11 WNI- menyeberang ke Marawi, Filipina. Mereka terjebak di pertempuran antara pemerintah setempat dengan kelompok pemberontak. Satu orang dikabarkan tewas, tapi hal itu belum dikonfirmasi pihak berwenang.
Kepala Subbagian Humas Direktorat Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Agung Sampurno, menjelaskan hasil pencatatan lalu lintas keimigrasian. Ia membenarkan ada 10 WNI yang menyeberang ke Filipina.
Advertisement
"Sembilan orang dari Indonesia tercatat pada 11 Mei terbang ke Filipina dengan rute penerbangan Jakarta-Malaysia, Malaysia-Manila, Manila-Dapau City," kata Agung saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (29/5/2017).
Sementara seorang lain tercatat terbang ke Filipina pada 14 Mei 2017. Rute penerbangan yang dilalui adalah Jakarta-Singapura, Singapura-Dapau.
"Setibanya di Dapau mereka dijemput oleh seorang WNI yang sudah menetap di Marawi," beber Agung.
Untuk menuju ke Marawi, mereka melalui jalan darat. Tiba di lokasi tujuan, mereka tinggal di Masjid Abu Bakar Assidiq.
"Kenapa di masjid? Karena tujuan mereka adalah untuk berdakwah," kata Agung.
Sepuluh orang ini berasal dari Jamaah Tabligh yang bermarkas di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Ada surat jalannya. Mereka dalam rangka khuruj untuk dakwah 40 hari. Begitu tiba di Marawi, mereka melapor ke polisi, kepala desa setempat. Jadi tidak dicurigai sebagai kelompok pemberontak. Semuanya legal," beber Agung.
Pertempuran pun pecah saat mereka dalam misi dakwah. Mereka lalu diselamatkan oleh masyarakat sekitar.
"Saat ini mereka sudah aman di bawah perlindungan polisi dan tentara di sana, tidak ada yang meninggal," kata Agung.
Pihak Konsulat Jenderal RI saat ini masih menempuh langkah persuasif agar kesepuluh WNI tersebut kembali ke Indonesia.
Marawi adalah wilayah di utara Mindanao. Wilayah ini berpenduduk mayoritas muslim. Daerah ini juga selalu menjadi tujuan dakwah. Tidak sedikit juga orang Indonesia yang menetap setelah kawin campur di Marawi.