Liputan6.com, Jakarta - Militer Filipina tengah berjibaku menghadapi kelompok militan di kota Marawi. Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di sepertiga bagian selatan Filipina pada 23 Mei lalu.
Menurut dia, langkah itu guna menumpas ancaman militan yang berafiliasi dengan ISIS. Dimana, peristiwa ini dipicu setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon, seorang veteran militan Filipina yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.
Advertisement
Atas kondisi negara tetangga tersebut, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, Indonesia tidak tinggal diam melihat yang terjadi. Para petugas keamanan, siap berjaga demi menghindari para militan ISIS bergerak ke Tanah Air.
"Kita perkuat patroli maritim, perkuat posisi di darat. Saya sudah berbincang dengan Panglima dan Kapolri untuk dapat bendung kemungkinan adanya kemungkinan penerobosan ke Indonesia," ucap Wiranto di Jakarta, Senin (29/5/2017).
Mantan Panglima ABRI ini mengaku setuju dengan tindakan militer Filipina. Hal ini untuk memperkecil basis ISIS di Asia Tenggara.
"Dan kita dukung sepenuhnya pihak Filipina untuk segera melakukan seranga sistematis, untuk perkecil kemungkinan basis di Filipina Selatan itu," kata Wiranto.
Sementara soal isu yang menyebut 11 WNI di Marawi berafiliasi dengan ISIS, dia menegaskan masih menunggu laporan dari BNPT.
"Sekarang BNPT telah berjuang berusaha untuk identifikasi laporan yang berikan indikasi adanya keterlibatan WNI di sana," jelas Wiranto.
Meski demikian, lanjut dia, pihaknya akan fokus bagaimana membendung agar para militan dan simpatisan ISIS masuk ke Indonesia.
"Tapi yang penting adalah bagaimana kita dapat membendung. Jangan sampai basis itu bisa menjalar ke Indonesia," Wiranto memungkas.