5 Presiden Amerika Serikat Ungkap Penyesalan Terbesarnya...

Presiden Amerika Serikat kerap dihadapkan pada pilihan sulit. Tak jarang sang kepala negara salah mengambil keputusan.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 30 Mei 2017, 08:15 WIB
Wajah masam Michelle Obama saat pelantikan Donald Trump (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), bukan perkara mudah. Setiap orang yang duduk di posisi tersebut kerap 'dipaksa' mengambil keputusan sulit.

Ketika keputusan sudah diambil, sang kepala negara tak bisa berpangku tangan. Jika gagal, kritikan pedas hingga cercaan harus diterimanya.

Kesalahan yang dibuat Presiden AS beraneka ragam. Mulai dari kebijakan luar negeri sampai putusan internal.

Hampir seluruh Presiden AS, mengaku pernah melakukan setidaknya satu kesalahan saat memerintah.

Dilansir dari Ranker, berikut 5 kesalahan yang pernah dilakukan sejumlah Presiden AS dalam beberapa tahun:


1. George W Bush

George W. Bush ialah Presiden Amerika Serikat ke-43

Pada 2008, Bush memberikan pernyataan mengejutkan. Ia mengatakan, penyesalan utamanya selama jadi Presiden AS adalah perang Irak.

Penyesalan bukan apa yang terjadi di Irak. Namun, ia terganggu dengan kesalahan data intelijen AS semasa perang Irak.

"Saya berharap intelijen melakukan hal yang berbeda," ucap Bush.

Ia tak pernah membongkar secara detail data intelijen apa yang salah. Selain itu, Bush juga menegaskan, pemerintahannya tidak punya niat sama sekali membohongi Kongres.

Semua laporan yang diserahkan ke konges terkait perang Irak, telah mereka nilai dan tidak ada yang ditutupi.

Penelusuran Liputan6.com, invasi AS ke Irak tahun 2003 dilakukan atas dasar informasi bahwa pihak Bahgdad memiliki senjata pemusnah massal.

Belakangan, dalih Amerika itu adalah hasil sebuah kebohongan yang dihembuskan seorang pembelot kepada Gedung Putih.

Pembelot itu bernama Rafid Ahmed Alwan al-Janabi. Di kalangan intelijen AS dan Jerman, dia dikenal dengan nama 'Curveball'.

Lebih dari 100 ribu orang warga Irak tewas akibat agresi militer AS ke Irak. Saddam Husein tumbang pada April 2003 dan Saddam dihukum gantung atas tuduhan pembantaian warga di Dujail pada 1982.


2. George H.W. Bush

Mantan Presiden AS George Herbert Walker Bush dan putra sulungnya George W.Bush (Sumber:rollingstone.com)

Penyesalan dari ayah George W. Bush ini masih terkait Irak. Jika sang anak menyesal terkait perang di Negeri 1001 malam, pemikiran ayahnya tak berbeda jauh.

Ia mengaku menyesal tidak melanjutkan konfrontasinya dengan Irak sampai pemimpin Saddam Hussein mundur atau dilengserkan paksa.

Padahal, niatan utamanya berperang dengan Irak pada awal medio 1990-an adalah menyingkirkan Hussein.

"Jika perang teluk berlangsung lebih lama lagi, Hussein bisa lengser," sebut Bush.

Penyesalan Bush dipicu laporan FBI bahwa Hussein sebenarnya mulai terpojok karena serangan terus dilakukan ke Irak. Saddam Hussein pun sempat berpikir untuk mundur.

Namun, sebelum Saddam Hussein benar-benar mundur, Bush memilih mengakhiri perang Teluk. Dan, mengumumkan bahwa operasi militer AS di teluk berhasil terlaksana.


3. Barack Obama

Mantan Presiden AS Barack Obama berbicara di sebuah forum yang membahas pengorganisasian masyarakat di University of Chicago di Chicago (24/4). Forum itu diikuti oleh pelajar dan mahasiswa peminat politik dari wilayah Chicago. (AFP Photo/ Jim Young)

Pada 2011, pemerintahan AS yang dipimpin Barack Obama melengserkan diktator Libya Moammar Khadaffi. Obama sempat dielukan-elukan oleh oposisi Libya karena membantu menggulingkan sang diktator.

Tetapi, di balik itu semua ada persalahan bersalah yang menghantui Obama. Kesalahan tersebut adalah ia tidak memperhatikan Libya setelah Khadaffi lengser.

Kondisi Libya sama sekali jauh dari kata damai. Saat sang diktator tak berkuasa, tanah kaya minyak malah jadi pusat perebutan kekuasaan. Sampai sekarang.

"Mungkin kegagalan untuk merencanakan pasca-kejadian tersebut," kata Obama dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan Minggu, 10 April 2016.

Namun, Obama menegaskan, intervensi di Libya adalah tindakan yang tepat.

 


4. Bill Clinton

Bill Clinton adalah Presiden ke-42 Amerika Serikat

Kasus perselingkuhannya dengan Monica Lewinsky serta upaya pelengseran dari kursi Presiden buka jadi penyesalan terbesar Bill Clinton.

Suami dari Hillary Clinton tersebut lebih menyesali ketidakmampuannya mengendalikan situasi konflik di Timur Tengah sebagai kesalahan terbesarnya semasa menjabat jadi Presiden.

Dia berharap saat memerintah, bisa berbuat lebih lagi untuk menurunkan tensi permusuhan antara Israel dan Palestina.

"Penyesalan nomor satu saya, saya tidak mampu membujuk Yasser Arafat menerima rencana perdamaian yang saya tawarkan pada akhir masa jabatan saya," sebut Clinton.

"Saya yakin jika Arafat menerima persetujuan itu, maka di waktu mendatang akan ada langkah maju dalam proses perdamaian Israel-Palestina," papar dia.


5. Jimmy Carter

(Sumber Jimmy Carter Library)

Sejumlah ahli sejarah menyebut, jika saja Carter bisa menangani masalah krisis sandera AS di Iran lebih baik lagi maka, ia akan terpilih kedua kali.

Pernyataan tersebut benar. Carter dalam wawancara pada 2015 lalu mengakui isu yang beredar tersebut.

Ia mengatakan, sebenarnya saat itu seharusnya dirinya bisa mengirimkan helikopter AS ke Iran lebih cepat. Sehingga, 52 warga AS yang tertahan di Iran selama 444 sejak November 1979 bisa segera lepas.

"Saya harap saya punya satu helikopter lagi untuk mengakut para sandera dan menyelamatkan mereka dan saya bisa terpilih lagi (jadi presiden)," ucap Carter.

Saksikan juga video berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya