Liputan6.com, New York Harga emas mendekati posisi tertingginya dalam sebulan seiring pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) dan retret di pasar saham, yang mendorong logam mulia berpegang pada keuntungan di sesi sebelumnya.
Melansir laman Reuters, Selasa (30/5/2017), harga emas di pasar spot berada di posisi US$ 1.266,30 per ounce. Angka ini sedikit berubah dari US$ 1.266,66 pada Jumat pekan lalu. Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Juni turun 0,2 persen ke posisi US$ 1.265,20 per ounce.
Advertisement
Harga emas mencapai posisi tertingginya sejak 1 Mei pada hari Jumat lalu di US$ 1.269,50 per ounce. Ini terpicu investor yang melihat kegelisahan Presiden Donald Trump saat menghadiri pertemuan para pemimpin dunia lainnya di KTT G7.
Investor memutuskan kembali membeli emas batangan sebagai alternatif menjaga aset berisiko tinggi seperti saham. Retret 0,1 persen dalam indeks dolar mendukung harga emas meski bergerak perlahan,seiring para pedagang di Amerika Serikat, London dan Cina yang sedang libur nasional.
"Potensi kenaikan harga terbatas sekarang, tapi dengan berita dari pertemuan G7 dan dolar yang lebih lemah, harga emas sudah naik," ujar Analis BBLR Thorsten Proettel Said.
Kanselir Jerman Angela Merkel pada pertemuan KTT G7, mengatakan jika Eropa tidak bisa lagi mengandalkan sepenuhnya pada sekutunya. Di bawah tekanan dari G7, Trump menyatakan mendukung perjanjian untuk melawan proteksionisme tetapi menolak mendukung langkah global tentang perubahan iklim, dengan mengatakan jika dirinya perlu lebih banyak waktu untuk memilih.
Di sisi lain, pasar sedang menunggu rencana pertemuan komite Federal Reserve pada bulan depan yang bisa menjadi petunjuk rencana kenaikan suku bunga AS. Memang, emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS.
Sementara untuk harga logam mulia lainnya, perak tercatat naik 0,2 persen menjadi US$ 17,38 per ounce, setelah menyentuh posisi tertinggi satu bulan di US$ 17,41.
Harga Platinum 0,3 persen lebih rendah ke US$ 953 sementara
Paladium naik 1,1 persen menjadi US$ 799.