Liputan6.com, Marawi - Setelah pertempuran di Marawi, Filipina, meletus, banyak warga telah melarikan diri. Namun, seorang pejabat setempat mengatakan terdapat sekitar 2.000 orang yang tak dapat meninggalkan daerah yang dikuasai oleh militan itu.
Sementara itu, militer Filipina mengatakan, pihaknya telah merebut kembali sebagian besar Kota Marawi dari militan dalam konflik yang menewaskan sekitar 100 orang.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Selasa (30/5/2017), Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, tentara telah mengambil kontrol penuh atas Marawi kecuali di beberapa daerah tertentu yang dikuasai oleh militan dari kelompok Maute.
Ia mengatakan, sekitar 40-50 elemen bersenjata masih ada di kota tersebut. Namun angka tersebut dapat meningkat mengingat adanya kegiatan militan di lapangan, termasuk pembebasan lebih dari 100 tahanan dari sebuah penjara setempat.
Padilla menambahkan, 18 personel militer dan lebih dari 61 militan Maute tewas akibat pertempuran di Marawi, Filipina.
Sementara itu, sejumlah laporan menyebut bahwa militan yang masih tersisa diyakini menahan beberapa sandera, termasuk seorang pastor dan beberapa umat Nasrani.
Militan Maute yang bersekutu dengan ISIS itu melancarkan aksinya di Marawi pada pekan lalu setelah tentara Filipina berusaha menangkap pemimpin tertinggi mereka, Isnilon Hapilon.
Merespons tindakan tentara Filipina itu, kelompok Maute kemudian mengepung Marawi dengan mengambil alih sebuah rumah sakit dan membakar sejumlah gedung.
Setelah pertempuran di Marawi, Filipina meletus, Presiden Rodrigo Duterte kemudian mengumumkan darurat militer di Mindanao, tempat kota itu berada.
Filipina yang mayoritas penduduknya pemeluk Katolik, telah mengalami sejumlah gerakan separatis selama beberapa dekade di Mindanao, pulau dengan populasi muslim paling signifikan.
Marawi dikenal sebagai "Kota Islam" di Filipina karena mayoritas populasinya adalah muslim.