Liputan6.com, Manchester - Sepekan setelah serangan bom Manchester yang dilakukan Salman Abedi, pihak berwenang Inggris mengkonfirmasi bahwa badan intelijen MI5 telah melakukan penyelidikan internal dan eksternal setelah insiden tersebut.
Menteri Dalam Negeri, Amber Rudd mengatakan, penyelidikan internal adalah langkah yang tepat untuk mengetahui kronologi serangan di Manchester Arena, yang menewaskan 22 orang dan melukai puluhan lainnya.
"Ada banyak informasi yang telah dirilis terkait alur kejadian. Saya pikir itu adalah hal yang tepat ketika MI5 turun untuk menyelidiki fakta tersebut," ujar Rudd.
Dikutip dari USA Today, Abedi yang berusia 22 tahun sebenarnya sudah masuk dalam pencarian orang.
Pihak intelijen Inggris pun mengatakan bahwa serangan tersebut adalah insiden teroris paling mematikan di Inggris sejak tahun 2005. ISIS mengaku bertanggung jawab sebagai dalangnya.
MI5 juga telah mendapat tiga kali laporan terkait tindakan ekstremisme Abedi.
Menurut laporan BBC, salah satu perilakunya yang menimbulkan kekhawatiran warga adalah, ia meneriaki seorang pemimpin agama yang mengutuk ideologi militan ISIS.
Baca Juga
Advertisement
Pihak berwenang juga merilis sebuah gambar yang menunjukkan ketika Abedi membawa sebuah koper berwarna biru di kota Manchester sebelum serangan bom terjadi.
Penyidik pun telah meninjau ratusan jam rekaman CCTV yang terpasang di beberapa titik dan mengimbau masyarakat untuk menghubungi pihak berwenang apabila mengetahui aktivitas Abedi.
"Kami yakin Abedi memiliki keterkaitan dengan aktivitas teroris lainnya, sebelum ia melakukan penyerangan di Manchester Arena," ujar Kepala Inspektur Terorisme Russ Jackson.
Salman Abedi diketahui sebagai imigran dari Libya. Ia tinggal di Manchester setelah keluarganya melarikan diri dari negara asalnya pada awal tahun 1990 selama rezim Moammar Kadhafi.
Dalam wawancaranya bersama BBC, Rudd mengatakan bahwa MI5 telah menyelidiki 500 plot yang berbeda dan telah mengidentifikasi 23.000 terduga pelaku teror dimana 3.000 orang diantaranya masuk dalam daftar teratas.
Rudd juga menyampaikan, hingga saat ini pihaknya telah menambah lebih dari 2.000 anggota baru sehingga anggaran dan biaya yang dikeluarkan pun juga meningkat.
"Kami memastikan telah menempatkan sumber daya yang tepat untuk menjaga keamanan orang banyak," ujar Rudd.
Sementara itu pada Senin (29/5/2017) pagi, polisi Manchester mengumumkan bahwa pihaknya telah menangkap 16 orang yang diduga terkait dengan kasus bom tersebut.
Dugaan itu dilakukan setelah polisi melakukan penggeledahan di daerah Whalley Range di kota Manchester yang menjadi kediaman Abedi. Namun, dua dan 16 terduga dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.
Peringatan FBI
Meski namanya relatif baru didengar, Salman Abedi ternyata sudah jadi target penyelidikan Biro Intelijen Federal Amerika Serikat (FBI).
Agen FBI bahkan mengklaim, pihaknya telah memberi peringatan pada koleganya di MI5 Inggris, tiga bulan sebelum pria 22 tahun itu meledakkan diri.
Informasi yang diberikan ke pihak Inggris, kata agen yang namanya tak disebut, juga menyebut bahwa Salman Abedi adalah anggota North African Islamic State atau sel ISIS Afrika Utara yang bermarkas di barat laut Inggris. Kelompok tersebut ditengarai merencanakan penyerangan di Britania Raya.
Nama Abedi masuk ke daftar para terduga teror yang diawasi AS pada 2016 sejak FBI menyelidiki kelompok teroris yang beroperasi di Libya.
Informasi tersebut berasal dari penyadapan komunikasinya oleh agen federal AS, yang telah menyelidiki Abedi sejak pertengahan 2016, juga dari informasi yang ditemukan di Libya, di mana keluarganya diduga terkait dengan kelompok teroris.
Dia menambahkan, setelah mendapatkan informasi dari AS, Abedi dan sejumlah anggota kelompoknya diperiksa oleh MI5.
Diperkirakan pada saat itu Abedi berencana untuk membunuh seorang tokoh politik. Namun, penyelidikan tersebut gagal memperoleh bukti.