Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bagian dari kawasan Segitiga Emas Jakarta, pengembangan proyek properti terutama hunian di koridor Gatot Subroto semakin marak. Lokasinya yang strategis di tengah keterbatasan lahan, menjadi alasan utama orang maupun investor berburu setiap properti yang ditawarkan di kawasan tersebut.
Dedi Djajasastra Direktur PT Buana Pacifik International (BPI) menuturkan, pengembang proyek Gayanti City di CBD Gatot Subroto, selain lokasinya yang berada di kawasan segitiga emas Jakarta, faktor aksesibilitas juga menjadi keunggulan koridor Gatot Subroto. Kawasan ini bisa dijangkau dari berbagai arah, bahkan menjadi jalur penghubung antara barat dan timur Jakarta.
"Kami memprediksi harga properti di koridor Jalan Gatot Subroto ini akan semakin meningkat kalau nanti infrastruktur seperti Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) rampung pada tahun depan," kata Dedi yang ditulis Liputan6.com, Selasa (30/5/2017).
Dia memberi contoh unit apartemen di Gayanti Residence saat diluncurkan pada 2015 masih berkisar Rp 35 juta per meter persegi. Namun saat ini sudah di kisaran Rp 45 juta per meter persegi. PT BPI optimistis dengan kemajuan pembangunan infrastruktur transportasi yang melintasi koridor Gatot Subroto, harga akan terus naik.
Baca Juga
Advertisement
Gayanti City at CBD Gatot Subroto sebelumnya bernama Gayanti City. Re-position brand dilakukan pengembang untuk memperjelas lokasi proyek ini berada di jantung segitiga emas Jakarta. Menurut Dedi, lokasi memang menjadi salah satu keunggulan Gayanti City.
Seperti halnya properti di area CBD di Singapura, Shanghai, Hongkong, Tokyo, London atau New York, semuanya berada di pusat kegiatan bisnis dan komersial. Ini membuat konsep working and living menjadi efisien.
Proyek ini terdiri dari tiga tower yakni satu tower perkantoran premium, satu tower apartemen premium, dan satu tower apartemen berkonsep smart modern. Belum lama ini perusahaan telah melakukan pengecoran atap terakhir (topping off) tower pertama yakni Gayanti Residence. Serah terima unit di tower tersebut dijadwalkan pada Desember 2018.
Sesuai lokasinya, target pasar yang dibidik pengembang adalah para profesional dan pebisnis yang bekerja atau berkantor di salah satu gedung di CBD Jakarta. Lokasi Gayanti City juga dikelilingi sejumlah kantor kementerian dan kampus.
"Dengan pangsa pasar yang jelas di CBD Jakarta, investasi sewa di Gayanti City cukup menarik karena tarif sewanya menggunakan mata uang dollar AS. Ini hanya bisa berlaku di kawasan CBD Jakarta dan Jakarta Selatan, jadi di lokasi lain tarif sewanya tidak pakai dollar AS," papar dia.
Gayanti City at CBD Gatot Subroto Jakarta berada di atas lahan seluas 1,3 hektare dan 40 persen lahan-nya dialokasikan untuk ruang terbuka hijau. Ini akan memberikan keseimbangan hidup yang baik bagi penghuni apartemen dan perkantoran.
Menurut Dedi, saat ini penjualan Gayanti Residence sudah sekitar 70 persen dari total 174 unit yang dipasarkan. Pihak pengembang sudah memulai penjualan Ayala Tower yang didesain sebagai smart and modern apartment yang cocok untuk profesional yang mendambakan kehidupan dinamis.
"Di Ayala Tower kami keluarkan produk smart yaitu one bedroom seluas 47 meter persegi dengan harga Rp 2 miliar," kata dia.
Sedangkan untuk pembangunan Ayala Tower ditargetkan pada kuartal IV 2017. Ketiga tower berdiri di pondasi yang sama yang sudah selesai dikerjakan, sehingga tahap pengerjaan konstruksi tower berikutnya akan berlangsung lebih cepat. BPI telah menunjuk Adhi Persada Gedung sebagai kontraktor utama pembangunan proyek tersebut.