Liputan6.com, Moskow - Presiden Prancis Emmanuel Macron saat bertemu Presiden Vladimir Putin, tanpa tedeng aling-aling, menyebut dua media Rusia sebagai organisasi berpengaruh dan propaganda.
Ucapannya itu ia sebut saat berdiri di samping Presiden Putin dalam sesi konferensi pers bersama. Macron mengatakan, media Russian Today dan Sputnik "berperilaku seperti struktur pemerintahan", bukan saluran berita independen.
Advertisement
Dikutip dari the Hill, Rabu (31/5/2017), selama masa pemilihan presiden, Macron telah melarang wartawan dari media tersebut untuk berada di markas kampanyenya.
Propaganda dan pemberian informasi yang salah telah menjadi perhatian utama terkait dugaan intervensi Rusia dalam pemilu negara lain, termasuk pemilihan presiden AS pada 2016 dan pemilu Prancis baru-baru ini pada 7 Mei.
Beberapa hari sebelum pemungutan suara di Prancis, email Macron yang diretas dibocorkan secara daring (online). Kasus ini layaknya kebocoran email Komite Nasional Demokrat dan John Podesta, ketua tim kampanye Hillary Clinton, dipublikasikan sebelum Pemilihan AS.
Macron menuding Rusia ingin menjadikan Prancis seperti AS, di mana presidennya dipimpin oleh sayap kanan.
Dalam konferensi pers bersama itu, yang digelar pada Senin, 29 Mei 2017, di Paris, Putin membantah ikut campur dalam pemilihan Prancis, menurut The Associated Press.
Putin mengatakan, pertemuannya dengan lawan pemilihan Macron, pemimpin sayap kanan Marine Le Pen, hanyalah sebuah tanggapan terhadap politikus yang telah berjanji memperbaiki hubungan.
Di depan Putin, Macron juga menunjukkan perbedaan sikap yang tajam antara kedua negara terkait penggunaan senjata kimia oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Selama ini Moskow merupakan sekutu utama rezim Bashar al-Assad.
Pada konferensi pers bersama itu kedua pemimpin negara itu tampil tegang. Macron menyoroti sejumlah isu penting termasuk peretasan, sementara Putin menolak semua pernyataan presiden termuda Prancis itu.