Liputan6.com, Jakarta Ada banyak hal yang menjadi pemicu perceraian bagi pasangan yang menikah, mulai dari faktor ekonomi hingga perselingkuhan. Namun Pemerintah Palestina baru-baru ini mengumumkan, kondisi lapar dan haus saat Ramadan juga mampu memicu perceraian.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Pengadilan Agama, Hakim Mahmud Habash mengatakan, beberapa kasus perceraian selama Ramadan dipicu karena rasa lapar, haus, dan tidak merokok. Mereka yang mengalami hal itu menjadi mudah marah dan gegabah.
"Akibatnya, pasangan menikah terburu-buru mengambil keputusan bercerai," ujarnya sebagaimana dilansir Tirto.
Hubungan antara lapar dan marah, pernah dijelaskan secara ilmiah oleh Bright Side. Pada saat Ramadan seperti ini, tubuh manusia kekurangan asupan karbohidrat, protein, dan lemak.
Pada saat Ramadan, nutrisi-nutrisi yang biasanya dicerna dan diubah menjadi glukosa, asam amino, atau lemak bebas akan diolah dan dialirkan ke seluruh organ tubuh menjadi berkurang. Jika kadar glukosa dalam darah menurun akan mengganggu kerja otak.
Pada tahap awal, otak akan kesulitan untuk melakukan kerja-kerja yang berhubungan dengan konsentrasi. Sehingga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap emosi semakin melemah. Akibatnya, hal yang nampak sepele bisa memicu amarah.
Oleh karena itu, mengendalikan hawa nafsu saat Ramadan menjadi sangat penting sekaligus menjadi rintangan paling sulit. Pemerintah Palestina pun akhirnya memutuskan untuk fokus mengurusi soal perceraian. Mereka melarang warganya bercerai selama Ramadan.
(war)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6