Kisah Rossi dan Sirkuit Mugello di MotoGP Italia

Rossi punya begitu banyak kenangan di sirkuit Mugello, tempat digelarnya MotoGP Italia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jun 2017, 21:35 WIB
Valentino Rossi (AFP/Jean-Francois Monier)

Liputan6.com, Mugello - Sirkuit Mugello di MotoGP Italia selalu istimewa bagi Valentino Rossi. The Doctor punya begitu banyak kenangan di arena sirkuit sepanjang 5,2 kilometer di negeri asalnya itu.

Siraman cinta dari puluhan ribu fans yang menginvasi sirkuit dengan warna kebesaran kuning, kemenangan perdana pada 1997, duel dengan Max Biaggi, hingga tujuh kemenangan beruntun, membuat Rossi terikat erat dengan Mugello.

Namun, tak selamanya Mugello menyuguhkan momen manis. The Doctor juga pernah menelan kekecewaan, hingga puasa kemenangan di MotoGP Italia yang sudah berlangsung selama sembilan tahun.

Cerita antara Rossi dan Sirkuit Muggelo dibuka pada musim 1996 bersama motor Aprilia. Debut balapan di kelas 125cc tersebut berujung di posisi keempat. Tahun berikutnya, Rossi akhirnya mengemas kemenangan, mengungguli Jorge Martinez dan Garry McCoy.

Dua tahun berselang, The Doctor kembali naik podium, kali ini di kelas 250cc, saat menggunakan motor Aprilia dengan livery ‘Peace and Love’.

Namun, Valentino Rossi terpaksa menunggu hingga MotoGP 2002 untuk merasakan lagi sensasi merebut podium utama. Bisa dibilang, 2002 adalah tahun pembalasan setelah pada musim sebelumnya crash pada lap terakhir sehingga kans finis ketiga menguap begitu saja.


Tradisi Helm Khusus

Helm dengan motif gambar pasta digunakan Valentino Rossi pada MotoGP Mugello 2014. (dok. rossihelmets.com)

Tradisi mengenakan helm berdesain khusus di Mugello juga dimulai pada 2002. Sejak saat itu, Sabtu pagi atau sehari sebelum balapan di Mugello, selalu dinanti-nantikan oleh para pendukung. Itulah saat Rossi menunjukkan desain helm yang akan dikenakan saat balapan.

Versi pertama helm spesial Mugello menggunakan desain yang sama seperti yang dipakai ayahnya, Graziano, pada 1979. Itu juga tahun saat Rossi lahir ke dunia.

Tahun 2002 juga menjadi awal dominasi Valentino Rossi di MotoGP Italia. The Doctor berhasil mengukir tujuh kemenangan beruntun hingga 2008. Tak ada rival yang mampu menjegal Rossi.

Fans Italia juga mendapat suguhan istimewa pada 2005 ketika podium kelas MotoGP disapu bersih oleh pebalap tuan rumah. Rossi naik podium utama setelah mengalahkan Biaggi dan Loris Capirossi. Bahkan, posisi keempat pun ditempati pebalap Italia lainnya, Marco Melandri. Minggu itu mungkin jadi sejarah tersendiri bagi balap motor Italia.


Berakhir 2009

Casey Stoner menghentikan dominasi Valentino Rossi di MotoGP Italia. (AFP/Mohd Rafsan)

Dominasi Rossi di Mugello berakhir pada 2009. Casey Stoner lah yang menghentikan rentetang kemenangan The Doctor. Hingga saat ini, Rossi belum kembali mencicipi podium utama di MotoGP Italia.

Pada 2010, Rossi gagal balapan karena mengalami kecelakaan saat latihan bebas pada Sabtu. Pebalap yang identik dengan nomor 46 tersebut mengalami cedera sehingga juga harus absen pada tiga balapan lainnya.

Musim 2011 dan 2012 tak kalah buruk. Kepindahan ke Ducati membuat Rossi tak bertaji di Mugello. Dia hanya finis di posisi keeenam pada MotoGP 2011, tertinggal 25 detik di belakang Jorge Lorenzo yang jadi juara. Setahun berselang, Rossi mampu memangkas gap dengan Lorenzo, hanya tertinggal 10 detik.


Impian Belum Terwujud

Valentino masih bermimpi kembali berjaya di MotoGP Italia. (AFP/ Pierre-Philippe Marcou)

Saat Rossi kembali ke Yamaha pada 2013, fans bermimpi melihat Rossi kembali berjaya di Mugello. Namun, hingga musim 2016, impian tersebut tak kunjung terwujud.

Momen menyesakkan justru dialami Valentino Rossi pada musim 2016. Saat berduel dengan Lorenzo, mesin motor Yamaha milik The Doctor jebol. Lagi-lagi Rossi gagal menyudahi puasa kemenangan di Mugello.

Kini, balapan MotoGP Italia sudah terpampang di depan Rossi. Masalahnya, The Doctor belum dipastikan bisa turun setelah mengalami kecelakaan saat berlatih motocross. Dia masih harus menjalani tes kesehatan untuk mendapat lampu hijau untuk membalap di depan puluhan ribu pendukung fanatiknya. Bukankah tak ada yang semanis meraih kemenangan di kandang dengan disaksikan puluhan ribu pendukung? 

(Artikel ini ditulis Yus Mei Sawitri/Bola.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya