Liputan6.com, Washington, DC - Sepulang dari perjalanannya ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa, Presiden AS Donald Trump dilaporkan tak bahagia. Sebelum berangkat, Trump sempat curhat kepada beberapa temannya bahwa kepergiannya terlalu lama.
Miliarder nyentrik itu juga berkeluh kesah bahwa meninggalkan AS ke negara asing bukanlah hal yang ia inginkan.
Advertisement
Dikutip dari CNN pada Kamis (1/6/2017), salah seorang sumber terdekat membocorkan, sesaat sebelum bertolak ke luar negeri, suasana hati Trump juga tak menentu.
Sepulang dari perjalanan perdana, Trump dilaporkan stres. Selama perjalanan, nyaris tak ada senyum di wajahnya.
Di Tanah Air, Trump dihadapi isu Rusia, dan menantu kesayangannya, Jared Kushner dilirik FBI karena diduga terkait dengan Kremlin.
"Presiden Trump sepulang dari luar negeri memilih untuk mengasingkan diri, raut wajahnya juga kerap ditekuk," kata salah satu sumber itu kepada CNN.
"Saya bisa melihat emosinya menurun drastis. Hal itu terlihat dari berat badannya yang meningkat. Dia merasa tak punya seseorang yang dapat dipercaya," lanjut sumber itu.
Sumber itu berulang kali menyebut Trump tak suka dengan kunjungan sembilan hari ke luar negeri.
Banyak kalangan menilai bahwa kepergian Trump ke beberapa negara Timur Tengah dianggap berhasil karena ia dapat bertemu dengan beberapa tokoh dunia, salah satunya Paus Fransiskus.
Pertemuan NATO pun berjalan lancar. Namun bagi Ivo Daalder, mantan Duta Besar AS di NATO masa pemerintahan Obama, kunjungan Trump tak berjalan mulus.
Bagi Daalder, perjalanan luar negeri Trump tak berjalan lancar bagi sebagian pemimpin dunia.
"Saya mendapat kesan keberadaan Trump di hadapan para pemimpin negara Eropa adalah ia tak memperlakukan mereka sama, semata memandang mereka adalah sekutunya," kata Daalder kepada USA Today.
"Cara Trump mendekati mereka dengan gaya khasnya, yaitu konfrontasi, dan berusaha mencapai kesepakatan ala Trump," lanjut Daalder.
Selain masalah Rusia, hubungan Trump dengan beberapa stafnya juga berjalan tak mulus. Di antaranya, Trump kerap kali tak mendapat informasi lengkap sebelum ia menandatangani perintah eksekutifnya.
Yang terbaru, Direktur Komunikasi Gedung Putih Mike Dubke mengundurkan diri. Padahal, ia baru menjabat selama tiga bulan. Belum diketahui alasan sebenarnya.
Namun, beberapa klaim orang dalam menyebut, pria 47 tahun itu gagal menemukan kejelasan dan kepastian dengan staf presiden.
Sementara itu seperti dikabarkan Washington Post, Trump dilaporkan sangat frustrasi dengan tim komunikasi Dubke yang "bocor". Beberapa orang dalam di West Wing meyakini bahwa Dubke dilayani dengan buruk oleh stafnya.