Panglima TNI: Jangan Jadikan Indonesia Ajang Konflik Agama

Panglima TNI menegaskan, Indonesia saat ini menghadapi kompetisi dan ancaman global.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 01 Jun 2017, 04:20 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan ceramah pada Workshop bertajuk Pengawasan Melalui Peneguhan Pancasila Bagi Aparatur Sipil Negara yang digagas Inspektorat Jenderal Kemenag di Jakarta, Rabu (31/05). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia belakangan terus diterpa isu SARA. Beberapa konflik yang timbul justru dilatarbelakangi masalah agama. Hal inilah yang harus dihadapi bersama seluruh elemen bangsa.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, cara beragama dan beribadah di Indonesia sudah diatur pada Sila Pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Cara berinteaksi di Indonesia dengan memperlakukan manusia Indonesia dengan adil dan beradab

Hal itu disampaikan dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema 'Pengawasan Melalui Peneguhan Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)'.

"Sebagai Muslim, kita harus yakin bahwa agama saya adalah paling benar. Untuk yang lain, lakum diinukum waliyadin (untukmu agamamu, untukku agamaku), semua agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Jangan jadikan negeri ini ajang konflik agama," kata Gatot melalui siaran pers, Rabu (31/5/2017).

Indonesia saat ini menghadapi kompetisi dan ancaman global. Untuk menjadi bangsa pemenang, sejumlah tantangan dan peluang akan dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi. Gatot mengatakan, energi yang dipakai saat ini akan habis, produksi minyak menurun, dan teori selanjutnya gaya hidup akan berubah juga.

"Perubahan juga terjadi dalam konteks bisnis, saya ilustrasikan, perusahaan taxi online, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki armada taxi atau sepeda motor, juga bisnis berbasis online lainnya, kekuatan ekonomi bukan pada besarnya negara tapi siapa cepat negara tersebut memiliki inovasi," tambah Gatot.

Konflik negara di seluruh dunia sejatinya dilatarbelakangi oleh perebutan energi, seperti Arab Spring. Ke depan, konflik akan bergeser ke daerah ekuator, yang tadinya berlatar belakang energi, berubah karena alasan pangan.

"Inilah kompetisi global, orang yang tinggal di luar negara-negara ekouator akan terjadi krisis pangan, energi, dan air, dan di negeri ekuator termasuk Indonesia memiliki segalanya," imbuh dia.

Bangsa MIgrasi

Negara yang kalah dalam kompetisi, maka negara tersebut akan menjadi negara krisis. Sebab hanya jadi negara pasar yang juga berimbas pada krisis sosial. Kompetisi yang tadinya antarnegara menjadi antarmanusia. Hal ini terjadi ketika ada konflik tanah antarwarga.

"Migrasi tidak lagi bukan karena semata pengungsi, tapi ingin mencari pencaharian yang lebih baik. Maka bila kita lengah menjaga bangsa ini, maka akan dampak migrasi tersebut," tutur dia.

Gatot mengingatkan, Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman lainnya seperti migrasi, terorisme, radikalisme, penjajahan media sosial, dan narkoba. Saat ini hampir 5 juta orang atau 2 persen penduduk terjerat narkoba.

"Kita ini sudah berada dalam darurat narkoba," ujar Gatot.

Media sosial juga harus menjadi poin penting dan menjadi perhatian bersama. Masyarakat tidak terasa telah dijajah oleh media sosial. Untuk melawan segala ancaman itu, TNI tidak bisa sendiri. Perlu peran aktif dari masyarakat guna memperkokoh NKRI.

Indonesia Bangsa Religius

Sementara itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, di tengah tantangan kompleks, ekspektasi publik semakin besar kepada Kemenag karena mengemban amanah mengelola hal ihwal agama. Dia ingin membangun optimisme di semua kalangan, mayoritas bangsa Indonesia masih mempunyai komitmen terhadap Pancasila, NKRI, Bineka Tunggal Ika, dan UUD 1945.

Ketahanan bangsa Indonesia saat ini tak terlepas dari warisan yang dirumuskan para pendiri bangsa tersebut. Warisan-warisan tersebut dicetuskan dari budaya dan identitas lokal Indonesia sebagai bangsa religius dan agamis.

Dengan demikian hasil rumusannya kental dan berpijak pada nilai-nilai agama yang luhur. Betapapun Pancasila adalah pengejawantahan dan wujud manifestasi nilai agama itu sendiri.

"Inilah yang menjadi kewajiban kita wariskan warisan ini ke generasi penerus. Indonesia yang religius damai dan rukun harus jadi perhatian kita," kata dia.

Selanjutnya, disaksikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Panglima TNI menuliskan ungkapan (quote) di atas kanvas komitmen meneguhkan Pancasila.

Di samping itu pula sebagai pamungkas kegiatan ini, para peserta yang terdiri pejabat eselon I dan II Kemenag Pusat, Kanwil se-Indonesia, Kemenag Kab/ Kota se-Pulau Jawa, Lampung, dan Bali, perwakilan Kemenag Kab/ Kota di luar Jawa, Lampung, dan Bali, rektor dan ketua perguruan tinggi agama negeri se-Indonesia, seluruh auditor Kemenag, dan pejabat Itjen Kemenag, membaca deklarasi kesetiaan terhadap NKRI dan merawat bersama Pancasila dan kebinekaan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya