Liputan6.com, New York - Laporan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve melihat kondisi ekonomi cukup baik sehingga berpotensi menaikkan suku bunga pada pertemuan Juni ini. Laporan itu mempengaruhi harga emas.
Harga emas sempat catatkan penguatan US$ 9,7 atau 0,8 persen ke level US$ 1.275,40 per ounce. Harga emas pun akhir ditransaksikan ke level US$ 1.272,90 usai rilis the Federal Reserve.
Harga emas berjangka untuk kontrak paling aktif berada di kisaran US$ 1.268,30 pada 28 April, atau menguat 0,6 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Investor fokus memperhatikan bursa saham reli sejauh ini, dan kemudian perhatikan agenda the Fed serta berita soal Trump. Namun, indeks saham Dow Jones dan S&P melemah. Sejumlah alasan itu tak mengejutkan kalau harga emas lanjutkan penguatan dalam jangka menengah," ujar Adam Koos, President Libertas Wealth Management Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (1/6/2017).
Indeks dolar AS pun melemah 0,3 persen pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Sepanjang Mei 2017, harga emas melemah 2 persen pada Mei. Pelemahan dolar AS mendukung pergerakan harga emas.
Pelaku pasar pun mencermati data ekonomi Amerika Serikat. Ini sebagai petunjuk rencana the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Data tenaga kerja untuk gaji pekerja di sektor non pertanian akan rilis pada Jumat pekan ini. Adapun perkiraan the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Juni mencapai 89 persen.
"Pada pekan ini faktor yang mempengaruhi mulai dari data tenaga kerja non sektor pertanian di AS, suku bunga the Federal Reserve, dan pemilihan di Inggris," ujar Chintan Karnani, Kepala Riset Insignia Consultans.
Ia menuturkan, investor tampaknya mengabaikan risiko geopolitik hingga memang ada kejadian di laut China Selatan dan Korea.