Liputan6.com, Marawi - Serangan udara militer Filipina di Marawi salah sasaran. Alih-alih membunuh militan Maute, yang jadi korban malah tentaranya sendiri.
Dari keterangan pemerintah setempat serangan tersebut membunuh sebanyak 10 orang tentara. Sementara tujuh lainnya terluka.
"Satu kelompok militer kami terkena serangan udara, 10 orang tewas," sebut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, Inquirer, Kamis (1/6/2017).
Lorezana menambahkan, serangan udara Filipina sebenarnya mencakup beberapa unsur penting. Termasuk presisi dan pengelompokan target.
Ia pun memastikan, serangan sama sekali tidak diarahkan ke warga sipil atau juga sandera dari kelompok Maute.
Baca Juga
Advertisement
"Ini menyedihkan tapi karena kekacauan dalam perang sesekali terjadi. Koordinasi tidak dilakukan dengan baik," kata dia.
Memburuknya kondisi di Marawi membuat khawatir komunitas internasional serta palang merah. Mereka meminta gencatan senjata segera dilakukan.
Alasannya sangat jelas. Sebab, masih banyak warga sipil yang terjebak di tengah-tengah pertempuran tersebut.
"Bagi warga sipil di sini ini sangat mengerikan, kami harap dua pihak bisa mencapai kesepakatan untuk membiarkan warga sipil keluar," sebut Deputi Kepala Palang Merah Filipina, Martin Thalmann.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan darurat militer di seluruh Mindanao. Semenjak perintah tersebut diluncurkan, sebanyak 89 militan dilaporkan tewas.
Walau begitu, militan Maute yang terkait ISIS menyatakan telah membunuh 19 warga sipil di Marawi.
Sampai saat ini total jumlah korban tewas di Marawi telah mencapai 139 orang. 31 diantaranya merupakan tentara Filipina, termasuk mereka yang gugur akibat salah sasaran kali ini.