Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru menemukan efek dari pola tidur yang tidak konsisten dapat menyebabkan penyakit neurodegeneratif--yang menyerang sel otak--hingga demensia dan Alzheimer.
Studi yang dipimpin oleh Michele Bellesi dari Marche Polytechnic University, Italia, mempelajari otak tikus yang terbagi dalam empat kelompok dengan tingkat jam tidur yang berbeda.
Advertisement
Pada kelompok pertama, tikus diberikan waktu tidur yang baik, selama enam sampai delapan jam. Kelompok kedua, tikus dibiarkan untuk tidur tapi dibangunkan sewaktu-waktu oleh periset. Kelompok ketiga tikus tidur lebih dari delapan jam dan kelompok terakhir tikus dibiarkan tidur selama lima hari.
Penelitian yang terpublikasi di The Journal of Neuroscience, menemukan tikus yang tidur nyenyak dan cukup waktu mengalami peningkatan fungsi sinapsis--sel yang berperan untuk pembentukan memori--dengan baik.
Sementara, pada kelompok tikus yang kurang dan tidur berlebihan mengalami peningkatan fagositosis mikroglial--bagian sel--yang dikaitkan dengan gangguan otak termasuk penyakit demensia Alzheimer dan kerusakan sel pada otak lainnya seperti dikutip dari inc-asean, Jumat (6/2/2017).
Peneliti berencana untuk memperdalam studi guna melihat apakah penelitian terhadap tikus ini juga berdampak sama pada manusia. Sebagai langkah aman, sebaiknya kita tetap menjaga kecukupan waktu tidur agar terhindar dari risiko penyakit apa pun.