Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia memastikan bahwa 11 Warga Negara Indonesia yang berada di Marawi berhasil dievakuasi pada 1 Juni 2017.
Proses evakuasi tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Davao, dan otoritas keamanan setempat.
Advertisement
Tim dari KJRI Davao dan KBRI Manila turut pula mengevakuasi enam WNI yang berada di Sultan Naga Dimaporo -- berjarak sekitar 130 km dari kota Marawi.
Keenam WNI tersebut sempat berada di kota Marawi beberapa hari sebelum pertempuran antara ISIS dengan militer Filipina pecah pada 23 Mei 2017.
Kini per 2 Juni 2017, total 17 WNI yang berhasil dievakuasi berada dalam kondisi sehat dan ditempatkan di KJRI Davao.
"Ada 17 WNI, 11 dari kota Marawi dan enam sisanya yang ada di Sultan Naga Dimaporo, berhasil dievakuasi, hasil kerja sama KJRI Davao, KBRI Manila, dan otoritas keamanan setempat. Ibu Menlu (Retno Marsudi) telah berbicara dengan perwakilan 17 orang itu. Mereka dalam kondisi sehat dan sangat mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Menurut pria yang akrab disapa Tata tersebut, 17 WNI akan dipulangkan ke Tanah Air pada 3 Juni 2017.
Ke-17 WNI tersebut merupakan anggota Jamaah Tabligh asal Bandung dan Jakarta. Menurut informasi Kemlu, mereka tengah melakukan ibadah dan dakwah di Marawi, sebuah kota yang berpopulasi sekitar 200.000 orang.
Kekerasan di Marawi pecah saat puluhan anggota kelompok militan menyerbu kota itu, setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon. Ia merupakan seorang veteran militan Filipina yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.
Simak video berikut ini: