Kehausan, 44 Imigran Tewas di Gurun Sahara

Setidaknya 44 migran tewas akibat kehausan setelah kendaraan yang ditumpangi rusak di tengah Gurun Sahara dalam perjalanan menuju Libya.

oleh Citra Dewi diperbarui 02 Jun 2017, 16:00 WIB
Ilustrasi migran Afrika (AFP)

Liputan6.com, Abuja - Setidaknya 44 migran tewas akibat kehausan setelah kendaraan yang mereka tumpangi rusak di tengah Gurun Sahara dalam perjalanan menuju Libya. Demikian diungkapkan seorang pejabat Nigeria pada 1 Juni 2017 waktu setempat.

Sebagian besar migran yang meninggal berasal dari Ghana, termasuk tiga bayi, dua anak, dan 17 wanita. Menurut kepala wilayah Dirkou, Bachir Manzo, terdapat enam orang selamat dan saat sedang dirawat di pusat migran di Dirkou.

Nigeria merupakan rute terbesar bagi migran asal negara-negara di Afrika Barat menuju Eropa. Rute dari Nigeria menuju Libya merupakan jalur utama para migran mencapai Afrika Utara sebelum menyeberang Laut Mediterania sebelum mencapai Eropa.

Dilansir BBC, menyeberangi Sahara adalah salah satu bagian perjalanan yang paling berbahaya karena para migran dijejalkan ke dalam truk pikap dengan ruangan sempit yang tersisa untuk beberapa liter air.

Menurut International Organization for Migration (IOM), sebanyak 200.000 migran berjalan melintasi wilayah itu pada 2016.

Mengetahui berapa banyak migran yang hilang di padang pasir hampir tak mungkin dilakukan karena banyaknya gelombang yang dengan begitu banyak yang menuju ke utara. Jasad mereka mungkin tidak ditemukan selama berminggu-minggu, dan umumnya mereka yang ditemukan dimakamkan di gurun atau ditinggalkan di tempat mereka berada.

"Sejak akhir 2016, ada kontrol yang lebih besar terhadap perdagangan orang. Namun kecenderungan menunjukkan bahwa saat ini orang-orang bersedia mengambil lebih banyak risiko karena berbagai alasan," ujar juru bicara Palang Merah Internasional Aurelie Lachant di Jenewa seperti dikutip dari Time, Jumat (2/6/2017).

Jasad tersebut ditemukan beberapa hari setelah Presiden Nigeria Mahamadou Issoufou mengajukan permohonan kepada para pemimpin negara-negara G7 untuk mengatasi krisis migrasi dalam sebuah pertemuan di Taormina, Sisilia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya