Sektor Aneka Industri Dorong IHSG Naik Tipis

Sektor saham aneka industri menguat 2,57 persen, dan mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona hijau.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jun 2017, 16:18 WIB
Pekerja mengamati layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham jelang akhir pekan ini. Meski sempat berada di zona merah, akhirnya IHSG mampu kembali ke zona hijau didorong 3 sektor saham.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (2/6/2017), IHSG naik tipis 4,29 poin atau 0,07 persen ke level 5.742,44. Indeks saham LQ45 menguat 0,39 persen ke level 961,41. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Ada sebanyak 138 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 184 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 110 saham diam di tempat.

Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.752,65 dan terendah 5.726,01. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 340.802 kali dengan volume perdagangan 13,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 8,8 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 240,60 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.301.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah. Sektor saham perdagangan turun 1,98 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar melemah 1,42 persen dan sektor tambang turun 1,2 persen.

Sektor saham aneka industri menguat 2,57 persen, dan memberikan tenaga ke IHSG. Dibantu sektor saham keuangan naik 1 persen dan sektor saham konstruksi menguat 0,29 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham BSWD naik 24,76 persen ke level Rp 1.915 per saham, saham PNBS mendaki 23,93 persen ke level Rp 145 per saham, dan saham GJTL melonjak 17,09 persen ke level Rp 1.165 per saham.

Sedangkan saham-saham top losers antara lain saham MLIA turun 24,33 persen ke level Rp 454 per saham, saham UNIC tergelincir 20 persen ke level Rp 5.400 per saham, dan saham GPRA susut 14,89 persen ke level Rp 120 per saham.

Sementara itu, bursa Asia kompak menghijau. Indeks saham acuan Hong Kong Hang Seng naik 0,44 persen ke level 25.924, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1,16 persen ke level 2.371, indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,6 persen ke level 20.177, indeks saham Shanghai naik 0,09 persen ke level 3.105, indeks saham Singapura menguat 0,13 persen ke level 3.240, dan indeks saham Taiwan mendaki 0,65 persen ke level 10.152.

Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, IHSG sempat melemah tipis didorong investor merespons negatif data purchasing manufaktur index (PMI) dari China. Data PMI China turun menjadi 49,6. Menurut Bima, penurunan indeks itu itu berpotensi negatif karena mulai turun di bawah 50 yang berarti ekonomi China berkontraksi.

"Manufacturing PMI Indonesia juga sudah keluar yang turun menjadi 50,6 dari 51,2. Dua hal ini menjadi potensi sentimen negatif untuk IHSG meski tidak terlalu signifikan,"" ujar Bima saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, rilis inflasi Mei 2017 juga tidak terlalu berpengaruh ke pasar saham. Hal itu mengingat rilis inflasi masih sesuai harapan.Tercatat inflasi Mei 0,39 persen, dan inflasi dari tahun ke tahun mencapai 4,33 persen. "Ini masih inline dan lebih rendah sedikit dari estimasi sebesar 4,37 persen secara year on year (YoY) sehingga cenderung tidak terlalu berdampak ke pasar," kata dia.

Selain itu, investor juga akan memperhatikan data non-farm payroll di Amerika Serikat (AS) malam ini. Bima menilai, data itu sangat penting sebelum bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Juni 2017. Diperkirakan 100 persen para analis yang diwawancara memperkirakan suku bunga the Federal Reserve naik pada Juni 2017.

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya