Liputan6.com, New York Harga emas naik ke level tertinggi dalam enam minggu merespons laporan data payroll non-farm Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan yang menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga bakal lebih agresif.
Melansir laman Reuters, Sabtu (3/6/2017), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi US$ 1.274,39 per ounce. Ini posisi tertinggi sejak 25 April, menuju keuntungan minggu keempat. Sementara emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi US$ 1.278,30 per ounce.
"Ini bukan jenis laporan yang diharapkan orang, dan itu memberi tekanan pada dolar dan imbal hasil, dan emas selalu senang mendapatkan keuntungan darinya," kata Georgette Boele, Ahli Strategi Komoditas ABN AMRO.
Baca Juga
Advertisement
Data menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melambat pada bulan Mei dan kenaikan lapangan kerja dalam dua bulan sebelumnya tidak sekuat yang dilaporkan sebelumnya, menunjukkan pasar tenaga kerja kehilangan momentum.
Pemulihan ekonomi yang lamban di negara terbesar dunia ini menyokong kemungkinan suku bunga yang lebih tinggi yang memberi keuntungan pada bunga non-bunga seperti emas.
Dia mengatakan bahwa data tersebut akan menyebabkan investor menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga tahun ini dan tahun depan, menekan imbal hasil dolar dan obligasi AS dan membantu emas.
Ekspektasi untuk data pekerjaan yang lebih kuat dan optimismes dari aktivitas pabrik AS telah mendorong emas ke level terendah satu minggu sebelumnya pada hari Jumat.
"Ada ruang yang baik untuk harga kembali ke US$ 1.200 dalam tiga bulan ke depan," ujar Dominic Schnider dari UBS Wealth Management di Hong Kong.
Di antara logam mulia lainnya, harga paladium naik 1,4 persen menjadi US$ 834,97 per ounce setelah sebelumnya menyentuh level US$ 835,90, level tertinggi sejak September 2014.
Sementara harga perak naik 0,7 persen menjadi 17,39 per ounce dan platinum menguat 1 persen menjadi US$ 937.