Liputan6.com, Jakarta - Hengkangnya Amerika Serikat dari Paris Agreement atau Kesepakatan Paris membuat dunia terkejut, termasuk Indonesia. Wakil Duta Besar AS untuk RI pun buka suara terkait hal tersebut.
Wakil Dubes Brian McFeeters mengonfirmasi langkah Presiden Donald Trump yang menarik mundur AS dari Paris Agreement. Dan saat ini, pihak Kedubes AS di Indonesia tengah memantau dampak kebijakan tersebut terhadap relasi bilateral Negeri Paman Sam dengan Tanah Air, khususnya dalam bidang mitigasi perubahan iklim.
Advertisement
"Ya kami mengakui bahwa Presiden Trump menarik AS mundur dari Paris Agreement. Saat ini kami masih mencari tahu perinciannya seperti apa. Terkait dampaknya terhadap hubungan bilateral AS dan Indonesia, kami masih memantau dan menilai dampak kebijakan yang masih sangat baru itu," ujar Dubes Brian McFeeters, Jumat, 2 Juni 2017.
Sejumlah analis mengatakan, hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris akan semakin membebani dunia untuk mencapai tujuan kesepakatan tersebut, pasalnya AS berkontribusi emisi karbon global sebanyak 15 persen. Di sisi lain, Amerika juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang signifikan bagi negara berkembang untuk menekan kenaikan suhu.
Dikritik Dunia
Trump tidak memberikan jangka waktu hengkangnya AS, namun sejumlah sumber Gedung Putih sebelumnya mengatakan diperlukan waktu hingga empat tahun untuk menyelesaikan keputusan itu.
Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang menyetujui Kesepakatan Paris, dengan cepat mengkritik tindakan tersebut. Ia menuduh pemerintahan Trump "menolak masa depan".
Sementara itu, para pemimpin Prancis, Jerman, dan Italia mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang menolak adanya renegosiasi kesepakatan.
"Kami menganggap momentum yang dihasilkan di Paris pada Desember 2015 tidak dapat diubah. Kami sangat yakin bahwa kesepakatan Paris tidak dapat dinegosiasi ulang, karena ini adalah instrumen vital bagi Bumi, masyarakat dan ekonomi kita," ujar mereka.
Menteri Lingkungan Hidup Kanada, Catherine McKenna mengaku sangat kecewa dengan keputusan Trump. Kekecewaan juga diungkapkan Perdana Menteri Inggris Theresa May, yang kemudian menelepon Trump bahwa kesepakatan itu untuk melindungi "kemakmuran dan keamanan generasi masa depan".
Pemimpin negara-negara Nordik, yakni Swedia, Finlandia, Denmark, Norwegia, dan Islandia juga mengutuk langkah tersebut.
Saksikan juga video berikut ini: