Komunitas SweetTrash ID Ajak Warga Ubah Sampah Menjadi Berkah

Konsep dari komunitas ini adalah sampah yang disetorkan dalam bentuk sedekah lalu disalurkan kepada kaum dhuafa dan anak-anak kurang mampu.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 03 Jun 2017, 11:05 WIB
Konsep dari komunitas ini adalah sampah yang disetorkan dalam bentuk sedekah lalu disalurkan kepada kaum dhuafa dan anak-anak kurang mampu.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah memang masih menjadi masalah besar di Indonesia. Apakah kamu tahu, berapa produksi sampah di Indonesia tiap tahunnya? Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun (Dirjen PSLB3), Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan bahwa ada sekitar 65 juta ton sampah per harinya yang diproduksi masyarakat Indonesia pada tahun 2016.

Jumlah tersebut naik satu ton dibandingkan produksi 2015 sekitar 64 juta ton sampah per hari. Maka dibutuhkan cara-cara untuk mengatasi masalah sampah agar tidak menjadi semakin besar. Beberapa cara mulai diterapkan baik di kota besar maupun di desa terpencil. Selain itu, campur tangan generasi muda juga sangat penting dalam hal pengelolaan sampah.

Berawal dari masalah sampah yang semakin kompleks dan tingginya tingkat kepedulian terhadap sesama yang kurang mampu, sembilan orang pemuda menggagas sebuah komunitas dengan konsep mewadahi orang-orang yang ingin bersedekah sampah yang kemudian akan disulap menjadi sesuatu hal bahagia untuk menciptakan senyuman manis orang-orang yang kurang beruntung. Lalu, pada 20 Oktober 2016 dibentuklah SweetTrash ID.

SweetTrash ID merupakan komunitas anak-anak muda yang bergerak di bidang sosial dan lingkungan. Komunitas ini berjalan atas dasar kesamaan niat, tujuan dan harapan yang besar untuk bisa terus membantu sesama melalui hal kecil, yaitu sampah.


SweetTrash ID

SweetTrash ID didirikan oleh sembilan orang mahasiswa Universitas Diponegoro dengan visi dan mimpi yang selaras yaitu Abdul Aziz, ChusnulKhotimah, AndyaSaraswati, CharisAhmadTajuddin, AstutiWulandari, Aulia Chusnulita, DeaAliftiaFirdhausya, Hibatullah Arif Yasiin, dan NovitaAnggraeni. Komunitas yang masih memiliki puluhan anggota ini telah banyak menarik perhatian dan mendapat dukungan positif.

“Ide awal terbentuknya SweetTrash ID yaitu saat saya membersihkan kamar kos. Ternyata lumayan banyak sampah non-organik yang dikumpulkan seperti kertas bekas revisi, botol plastik, kardus, sampai pakaian yang sudah tak terpakai. Dari sini saya berpikir, dalam satu kamar kos saja bisa mengumpulkan sampah sebanyak ini, bagaimana jika dalam satu kos, satu komplek, bahkan satu kota maka akan semakin banyak sampah yang terkumpul. Lalu, sampah ini bisa di-convert menjadi hal bermanfaat yang akan diberikan kepada orang yang membutuhkan,” kata Abdul Aziz, Co-founder dan ketua SweetTrash ID.

SweetTrash ID


Intinya konsep dari komunitas ini adalah mengelola sampah yang disetorkan dalam bentuk sedekah lalu disalurkan kepada kaum dhuafa dan anak-anak kurang mampu dengan mengutamakan nilai tepat guna dan tepat sasaran. Sampah yang didonasikan merupakan sampah jenis non-organik karena sampah jenis ini tidak bisa terurai oleh alam atau butuh jangka waktu yang lama untuk terurai. Melalui wadah SweetTrash ID ini, pengelolaan sampah menjadi lebih efektif dan optimal. Sampah yang telah dipilah berdasarkan jenisnya kemudian disetorkan kepada pengepul yang telah bermitra atau tempat yang telah ditentukan.

Dengan adanya konsep sedekah sampah, maka siapapun bisa dan mampu ikut serta dalam membantu orang lain sekaligus menjaga lingkungan cukup dengan bermodalkan sampah. Konsep ini juga dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan rekayasa sosial sehingga terbentuk suatu sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di masyarakat. Selain itu konsep sedekah sampah juga menciptakan dan meningkatkan sikap peduli masyarakat terhadap lingkungan.

Pengirim:

Chusnul Khotimah

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya