Kecerdasan Buatan Mengalahkan Manusia pada 2060?

Dengan semakin majunya kecerdasan buatan, apakah manusia akan musnah 45 tahun mendatang?

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 03 Jun 2017, 15:00 WIB
Ilustrasi evolusi mengarah kepada mesin kecerdasan buatan. (Sumber Wikimedia Commons/Fonytas)

Liputan6.com, Oxford - Nikmatilah melakukan tugas-tugas kita sekarang ini selagi masih bisa. Karena, menurut 352 pakar kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI), ada kemungkinan 50:50 bahwa mesin-mesin akan mengalahkan manusia di semua aktivitas dalam rentang waktu 45 tahun ke depan atau pada 2026.

Saat itu, AI akan lebih cepat mengerti berbagai kegiatan. Mesin-mesin itu diprediksi akan lebih baik menterjemahkan bahasa menjelang 2024.

Bahkan AI bisa menciptakan karya tulis tingkat sekolah menengah menjelang 2026, mengemudi truk menjelang 2027, bekerja di pengecer barang mendekati 2031, menulis buku paling laku sekitar 2049, dan melakukan pembedahan kira-kira pada 2053.

Menurut para responden, semua pekerjaan manusia akan menjadi otomatis dalam kurun waktu 120 tahun ke depan.

Dikutip dari New Scientist pada Sabtu (3/6/2017), survei mengenai hal tersebut dilakukan oleh University of Oxford dan Yale University. Dikirimkan kepada para peneliti AI.

Lalu sebanyak 352 pakar memberikan tanggapan.

Hasil survei diterbitkan pada 2015 dalam dua konferensi besar dalam bidang itu, yaitu Conference on Neural Information Processing Systems dan International Conference on Machine Learning.

Simulasi sistem itu telah dicoba menggunakan data dari manusia yang kemudian diproyeksikan pada manekin (mannequin) pembedahan. (Sumber Cambridge Consultants)

Katja Grace dari Machine Intelligence Research Institute di Berkeley, California, mengatakan bahwa hasilnya memiliki "konsekuensi-konsekuensi sosial yang luas".

Misalnya, bagaimana caranya para guru sekolah berhadapan dengan karya tulis yang dihasilkan komputer, tapi tidak dapat dibedakan dari karya tulis sebenarnya.

Namun demikian, kekhawatiran bahaya kecerdasan buatan atau AI yang muncul di media sosial membuat para peneliti menduga hanya ada 5 persen kemungkinan komputer menggiring kita kepada kebinasaan manusia.


Pintar dalam Satu Keahlian

Ilustrasi kecerdasan buatan. (Sumber Pixabay/geralt via Creative Commons)

AI memang sudah melampaui manusia dalam banyak tugas. Misalnya, AlphaGo yang menjadi bagian Google DeepMind, telah mengalahkan manusia pemain terbaik sedunia untuk permainan Go.

Sistem-sistem lain telah lebih baik dalam membantu membaca gerak bibir dibandingkan dengan profesional atau membantu detektif menggali data kepolisian.

Namun, semua sistem itu hanya mahir dalam satu tugas dan tidak berguna dalam banyak tugas lain, kecuali kalau dilatih ulang.

Menurut Eleni Vasilaki di University of Sheffield, Inggris, "Semakin banyak bukti bahwa mesin-mesin dapat mengalahkan kecerdasan manusia dalam tugas-tugas kompleks, tapi jumlahnya spesifik."

Akan tetapi, wanita itu menambahkan, hanya ada sedikit bukti bahwa AI dengan kemampuan serba bisa seperti manusia akan segera hadir.

Hasil survei menunjukkan tidak ada kaitan antara senioritas peneliti dengan prediksi yang dilontarkannya. Tapi, asal-usul peneliti memiliki pengaruh.

Para peneliti di Asia biasanya menduga jangka waktu yang lebih pendek daripada di Amerika Utara, ketika AI diperkirakan akan mengalahkan manusia dalam semua tugas.

Para peneliti di Asia menduga hal itu akan terjadi dalam 30 tahun ke depan, sedangkan mereka yang ada di Amerika Utara mengira-ngira akan terwujud dalam 74 tahun ke depan.

Menurut Leslie Willcocks di London School of Economics and Political Science, "Ini bisa saja menjadi bukti menarik tentang budaya, ketika menggagas pendapat tentang teknologi."

Akan tetapi, tanggapan-tanggapan yang masuk tidak selalu konsisten, misalnya tentang jenis permainan berikutnya yang akan dikuasai AI.

Menurut Georgios Yannakakis di University of Malta di Msida, "Mereka memprediksi AI akan mengalahkan manusia dalam permainan StarCraft dalam 6 tahun ke depan, dibandingkan dengan semua game Atari dalam sembilan tahun ke depan."

"Beberapa permainan Atari memang susah, tapi tidak seberapa dibandingkan dengan StarCraft."

Bukan hanya itu, sebagian besar survei berfokus pada aspek kognitif melalui kecerdasan yang cocok dengan tugas dan batasan yang jelas.

Menurut Yannakakis, "Ada bagian dari kecerdasan, misalnya kecerdasan emosional, yang jauh melebihi kognisi. Tentunya menarik untuk ditanyakan kapan AI mengalahkan manusia sebagai kritikus seni atau film."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya