Liputan6.com, Jakarta - Sejak bulan lalu berbagai laporan dan isu menyebut Google tengah mengembangkan sebuah ad blocker (pemblokir iklan) untuk Chrome browser miliknya.
Terkini, Google telah bergabung dengan Coalition for Better Ads, sebuah koalisi yang menawarkan standar spesifik tentang bagaimana industri harus memperbaiki iklan bagi konsumen.
Mengutip Venture Beat, Sabtu (3/6/2017), beberapa jenis iklan yang dilarang menurut koalisi ini adalah iklan yang menutup satu halaman penuh dan iklan yang secara tiba-tiba memutar suara atau video secara otomatis.
Baca Juga
Advertisement
Mulai awal 2018 Chrome akan berhenti menampilkan suatu iklan--termasuk iklan yang dimiliki atau dilayani oleh Google--di situs web, bila iklan itu tidak sesuai dengan standar iklan yang lebih baik (Better Ads Standards).
Dengan kata lain, Google akan menggunakan Chrome untuk memotong pendapatan iklan dari situs web yang menyajikan iklan bermutu rendah menurut standar di atas. Harapannya ini akan menghambat penggunaan add-on dan ekstensi yang memblokir semua jenis iklan secara langsung.
Google mengakui pemblokir iklan semacam ini berefek buruk bagi penerbit (publisher) yang membuat konten gratis dan bahkan berpotensi mengancam keberlanjutan ekosistem web. Menariknya, meskipun Google meraup sebagian besar pendapatannya dari iklan, perusahaan mengatakan pemblokir iklan selektif ini adalah evolusi alami penghambat iklan pop-up.
Tak hanya itu, Google juga merilis Laporan Pengalaman Iklan, sebuah alat yang menyediakan tangkapan layar (screenshot) dan video dari pengalaman iklan menjengkelkan.
(Why)