Asal-usul Masjid ala Istana Kremlin di Yogyakarta

Tak hanya kubah warna-warni menjulang tinggi yang menarik perhatian, proses pembangunan masjid ala Istana Kremlin itu juga unik.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Jun 2017, 17:02 WIB
Tak hanya kubah warna-warni menjulang tinggi yang menarik perhatian, proses pembangunan masjid ala Istana Kremlin itu juga unik. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tak perlu jauh-jauh ke Rusia jika hanya ingin berfoto dengan latar Istana Kremlin. Sebuah masjid dengan sembilan kubah yang dicat warna-warni bisa menjadi penawar penasaran karena sekilas mirip dengan bekas tempat tinggal Tsar Rusia itu.

Masjid tersebut terletak di Jalan Solo Km 15, Candisari, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Bentuknya tanpa genteng yang mencolok itu langsung menarik perhatian siapapun yang melintasi kawasan itu.

Pengurus Takmir Masjid An Nurumi, Slamet Budiono Jarod mengatakan ide pembangunan masjid itu berawal saat pemilik restoran Ayam Goreng Mbok Berek, Umi Nursalim, dan almarhum ibunya Nurindarti, singgah ke Eropa Timur sehabis umrah.

"Lalu, Ibu Hajah Umi Nursalim dan ibunya Nurindarti singgah di Kremlin (Rusia) dan sembahyang di sana," katanya, Jumat, 2 Juni 2017.

Setelah menunaikan ibadah salat di Masjid Kremlin, mereka terinspirasi untuk membangun bangunan serupa di tanah air. Mereka berdoa agar diberikan rezeki untuk membangun masjid itu.

"Kalau diperkenankan dan diridai pulang ke Indonesia, maka ia akan bikin masjid seperti ini," ujarnya.

Ternyata doanya dikabulkan oleh Allah. Proyek pembangunan masjid ala istana Kremlin itu dimulai pada 7 Juli 2005. Setelah kurang lebih dua tahun, proses pembangunan masjid selesai pada 9 Agustus 2007.

Peresmian masjid langsung dilakukan oleh Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X. "Masjid ini dibangun mulai tanggal 7 bulan 7 tahun 2005, tepat jam 07.00 WIB," urainya.

Menariknya, proses pembangunan masjid itu dilakukan secara manual, tidak menggunakan alat berat. "Semua pakai tenaga manusia. Jika Jumatan, masjid ini bisa menampung hingga sekitar 200 jemaah," ucapnya.

Untuk membuat sembilan kubah di bagian atas masjid, semua dilakukan oleh tenaga manusia. Tinggi kubah yang di tengah sekitar 26,5 meter sedangkan delapan lainnya setinggi enam meter.

 


Mengingat Jasa Wali Songo

Interior masjid dihiasi ornamen kaligrafi bertuliskan Asmaul Husna di dalam rongga tersebut. (Liputan6.com/Yanuar H)

Sembilan kubah itu, menurut pendiri masjid, untuk mengenang jasa sembilan Wali yang menyiarkan agama Islam di Tanah Jawa. "Sembilan itu untuk memperingati jumlah Wali Songo. Ada Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Bonang," ujarnya.

Saat memasuki masjid, terdapat rongga pada bagian dalam langit-langit masjid. Rongga paling besar ada di bagian tengah. Interior masjid dihiasi ornamen kaligrafi bertuliskan Asmaul Husna di dalam rongga tersebut yang merupakan hasil kreasi anak panti asuhan dari Temanggung.

"Keunikannya ada empat kiblat, lima pancer (arah). Kiblat yang utama ke atas ke Allah SWT," kata Slamet.

Dengan keunikannya dan lokasinya yang di pinggir jalan, Masjid An Nurumi sering menjadi tujuan musafir atau pengendara untuk menunaikan salat. Tidak jarang mereka sering menjadikan masjid ini sebagai latar belakang untuk berfoto.

"Ya lumayan sering. Banyak yang habis salat sebelum melanjutkan perjalanan, berfoto dulu di depan sini," ucapnya.

Tidak hanya para musafir dan pengguna jalan, banyak wisatawan dari luar negeri juga datang ke masjid warna-warni ini. Mulai dari turis Malaysia, Turki hingga Australia pernah singgah ke sini.

"Katanya masjid nya unik, warna-warni, kalau belum ke sini, belum puas," kata Slamet menirukan pengunjung masjid.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya