Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini dianggap oleh Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebagai tahun yang penting. Pasalnya, tahun ini sebagai penentu arah bisnis raksasa otomotif asal Jepang ini di Tanah Air.
Baca Juga
Advertisement
Dijelaskan Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur TMMIN, ada rencana besar yang hendak dicapai oleh Toyota Indonesia dalam empat sampai lima tahun mendatang. Meskipun sudah gamblang menyebutkan mobil ramah lingkungan, namun Toyota masih enggan mobil dan teknologi apa yang dibawa nanti.
"Fuel efficiency vehicle-lah, dan idealnya ada di semua brand Toyota," jelas Warih di Hotel Aston, Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Lanjut Warih, dengan rencana besar tersebut, pastinya ada tantangan yang harus dihadapi, dan bagaimana cara agar mobil ramah lingkungan ini bisa tetap berkembang dan diterima konsumen di Indonesia.
"Tantangan awal pasti pasarnya, karena banyak isunya. Mobil ramah lingkungan biasanya hi-tech, dan pasti mahal. Tapi, customer ingin yang tidak mahal-mahal, jadi bagaimana menciptakan pasarnya," tegas Warih.
Jadi, memang harus ada faktor yang mendorong agar mobil ramah lingkungan bisa diterima dengan baik, dan salah satunya dengan menekan harga jual.
"Jadi internal competitiveness, regulasi, dan policy pemerintah harus penting, dan setiap negara kini bikin kebijakan. Memang tujuan awalnya market, tapi industri juga harus ikut," tambah Warih.
Next
Jangan Hanya Jadi Pasar
Perkembangan mobil ramah lingkungan seperti listrik atau hybrid, memang meningkat tajam di pasar global. Dan sebetulnya, ini bisa jadi gambaran jika peta industri kendaraan pasti akan berjalan ke arah mobil dengan tenaga alternatif tersebut.
Saat ini, Indonesia memang tengah bersiap menuju hal tersebut dengan program Low Carbon Emission (LCE). Namun, regulasi tersebut hingga kini masih tahap penggodokan oleh Gaikindo dan Kementerian Perindustrian.
"Tujuan awalnya memang market, tapi industri harus ikut karena tren dunia seperti itu. Kalau kebijakan kita gak bagus, kita akan jadi market saja, dan itu yang harus kita tanggulangi sekarang," aku Warih.
Jadi, memang dibutuhkan insentif dan regulasi pemerintah agar nanti saat mobil ramah lingkungan ini meluncur, bisa dibanderol murah dan pada akhirnya marketnya bisa terbentuk, dan industrinya bisa berkembang dengan melakukan produksi di dalam negeri.
"Tadi kata Pak Henry (Henry Tanoto, Vice President PT TAM), Toyota Indonesia jual 380 ribu unit, dan itu nomor empat di dunia. Kalau kita hilangkan China, Jepang, dan Amerika, kita nomor satu di dunia, kalau di Asia tanpa China, kita nomor satu. jadi marketnya ada, dan kita harus ikut mengisi market itu, dengan industri. Tanpa industri, kita akan dipenuhi model CBU," pungkasnya.
Advertisement