Liputan6.com, Jakarta - Berbagi informasi dan foto di media sosial sudah jadi kebiasaan banyak pengguna internet. Namun, hasil penelitian Kaspersky Lab mengungkap, jumlah data yang dibagikan pengguna di ranah publik sangatlah banyak.
Menurut hasil penelitian, mayoritas pengguna (93 persen) berbagi informasi secara digital. 70 persen dari pengguna berbagi foto dan video anak-anak mereka, sementara 45 persen berbagi video dan foto pribadi yang bersifat sensitif.
Berdasarkan keterangan tertulis Kaspersky Lab yang diterima Tekno Liputan6.com, Minggu (4/6/2017), anak muda lebih banyak berbagi data di internet.
Baca Juga
Advertisement
Di kalangan anak muda, informasi pribadi mereka dapat dengan mudah diakses oleh orang asing. Parahnya, lebih dari setengah pengguna internet membuat data (baik foto maupun video) bisa diakses publik. Padahal jika data masuk ke ranah publik, siapapun bisa membagikan secara luas.
Hal ini diakui oleh satu dari lima pengguna internet. Mereka mengaku berbagi data sensitif dengan orang yang dikenal baik atau orang asing. Bisa dibilang, pengguna sendirilah yang mengekspos diri mereka sehingga rentan menjadi target pencurian identitas atau serangan finansial.
Berbagai hal yang dibagikan misalnya saja rincian keuangan dan pembayaran (37 persen), informasi paspor, surat ijin mengemudi dan dokumen pribadi lainnya (41 persen) atau kata sandi (30 persen).
Berdasarkan laporan Kaspersky Lab "My Precious Data: Stranger Danger", pengguna internet tidak hanya berbagi data tetapi juga berbagi perangkat untuk menyimpan data-data berharga yang dimilikinya. Yang mengejutkan, 10 persen pengguna membagikan PIN untuk mengakses perangkat mereka dengan orang asing.
Kemudian, 22 persen pengguna membiarkan perangkatnya tak terkunci saat berada di tengah sekelompok orang. Tak hanya itu, 23 persen pengguna memperbolehkan orang lain memakai perangkatnya selama beberapa waktu.
Berbagi Data Sangat Berbahaya
Menurut Head of Consumer Business Kaspersky Lab Andrei Mochola, berbagi data dengan orang lain dan perusahaan merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya.
"Di dunia online saat ini, berbagi informasi dengan orang lain sangat mudah. Namun, mengungkap data penting dan sensitif kepada orang lain dengan menekan sebuah tombol, itu berarti Anda menyerahkan kendali atas data tersebut," kata Mochola.
Hal tersebut, kata Mochola, karena pengguna internet tidak dapat memastikan ke mana data dibagikan, dan bagaimana penggunaannya. "Pengguna secara harfiah menyerahkan data berharga mereka, dan bahkan perangkat dimana data tersebut tersimpan, di tangan orang lain," tuturnya.
Menurut penelitian, anak muda yang paling mungkin berbagi foto pribadi dan sensitif dengan orang lain. 61 persen berusia 16-24 tahun mengakui berbagi data di internet. Sementara, hanya 38 persen orang berusia 55 tahun ke atas yang berbagi data.
Bukan hanya data, anak 42 persen pengguna berusia 16-24 tahun juga senang mengumbar rincian keuangannya dengan orang lain. Sementara, 27 persen pengguna di atas 55 tahun juga melakukan hal yang sama.
"Meskipun tak mudah untuk mengharapkan pengguna internet berhenti berbagi foto, informasi pribadi satu sama lain, kami mendorong pengguna untuk berpikir dua kali sebelum mereka berbagi informasi penting secara terbuka untuk umum," kata Mochola.
Pihaknya mendorong agar pengguna internet menerapkan langkah keamanan untuk melindungi data dan privasi mereka.
(Tin/Ysl)
Advertisement