Kala Pedagang Pasar Kena 'PHP' Wali Kota Semarang

Wali Kota Semarang dan pejabat Kementerian Perdagangan meninjau Pasar Johar.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 04 Jun 2017, 15:00 WIB
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan staf khusus Kemendag Eva Yuliana menemukan harga gula melebihi HET yang ditentukan. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Minggu (4/6/2017), sejak pagi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sudah berjalan bersama Eva Yuliana, staf khusus Kementerian Perdagangan bidang Hubungan Antar Lembaga dan Peningkatan Sarana Perdagangan. Keduanya hendak memonitor harga-harga kebutuhan pokok menjelang lebaran.

Di sebuah kios, mereka berhenti dan bertanya kepada Hera, pemilik kios. Dengan telaten Hera menjelaskan harga-harga yang ditanyakan Hendi dan Eva. Hendi terlihat lebih aktif, sementara Eva sesekali menimpali.

"Berapa satu kilo gula pasir dalam kemasan itu?" hendi bertanya.

"Saya biasa jual ke konsumen 14.500 kadang 15.000," kata Hera.

"Lha, kok mahal banget? Berapa kulakannya?" Hendi mengejar.

"Kulakannya memang sudah mahal Pak. Saya ambil Gulaku dari distributor sudah mahal. Sekilo Rp14.271," Hera menjelaskan.

Sekilas Hendi terlihat kaget. Ia pun meminta nota pembelian dari distributor. Sebab harga itu jelas menyalahi aturan Harga Eceran Tertinggi.

"Distributornya siapa? Segera kami berikan teguran atau sanksi jika kebangeten," kata Hendi.

Staf khusus Kementerian Perdagangan, Eva Yuliana, kemudian menjelaskan bahwa seharusnya distributor menjual gula kemasan tersebut paling mahal Rp 11.900.

"Tidak boleh segitu, ibu harusnya beli dari distributor paling mahal 11.900, untuk dijual paling tinggi Rp 12.500," kata Eva.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan staf khusus Kemendag Eva Yuliana, memantau harga daging di Pasar Johar Semarang. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)
Mereka kemudian melanjutkan tinjauan dan monitoring di Pasar Johar hasil relokasi, yakni di samping Masjid Agung Jawa Tengah. Setelah rombongan menghilang, ada obrolan konyol yang menyiratkan pupusnya harapan para pedagang menangguk untung. Wali kota mendadak dinilai memberi, istilah gaul sekarang, pemberi harapan palsu alias PHP. 

"Tak kira arep blanja. Jebule mung takon-takon tok (Saya kira hendak belanja. Nggak tahunya cuma nanya-nanya aja)," kata Hera kepada temannya sesama pedagang.

"Yen blanja penak. Sing penting regane ora nglanggar, mengko yen susuk kon ngepek. Mesti susuk. Wali Kota ki duite ora recehan (Kalau belanja kita enak. Yang penting harganya sesuai, tidak melanggar, nanti kalau ada kembalian pasti disuruh ngambil. Wali Kota itu uangnya nggak recehan)," kata temannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya