Banjir Bandang, Jalur Trans Sulawesi Putus Total

Banjir Sulawesi memicu ribuan rumah terendam dan korban jiwa. Cuaca masih ekstrem.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2017, 16:00 WIB
Ilustrasi banjir bandang. (Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan berintensitas tinggi dengan durasi cukup lama disertai kritisnya daerah aliran sungai telah menyebabkan banjir bandang di beberapa tempat di wilayah Sulawesi. Ribuan rumah terendam banjir, jalanan putus.

Hujan deras yang berlangsung cukup lama mengguyur wilayah Kabupaten Tolitoli telah menyebabkan Sungai Tuwelei dan Sungai Lembe meluap. Banjir bandang menerjang empat kecamatan di Kecamatan Lampasio, Baolan, Galang dan Dakopamean Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah pada Sabtu 3 Mei 2017.

Tinggi banjir di permukiman sekitar 1 hingga 3 meter. Ribuan rumah terendam banjir. Diperkirakan sekitar 56.000 KK terdampak banjir. Banjir bandang di Kecamatan Dakopamean menyebabkan 15 rumah hanyut, 1 jembatan putus dan perumahan, perkantoran serta sekolah terendam banjir hingga ketinggian 1 meter.

Jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan Kota Tolitoli dan Kota Palu putus total akibat terendam banjir. Pemerintah setempat memperkirakan jalur ini dapat dilalui sekitar empat hari ke depan. Aparat Polres Tolitoli bersama warga sekitar terus berkerja untuk membuka jalur jalan tersebut.

Banjir besar datang menjelang buka puasa sehingga sebagian warga khususnya warga yang menjalankan ibadah puasa tidak konsentrasi lagi berbuka puasa. Bahkan sebagian warga sudah meninggalkan rumahnya dan berbuka puasa di tempat yang aman.

Dua orang di Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda wilayah itu. Dua warga meninggal dunia itu berasal dari Kelurahan Tuweley dan Kelurahan Tambun yang sedang dibawa ke RSU Mokopido.

"Berdasarkan laporan yang masuk, dua warga meninggal dunia," kata Kapolres Tolitoli AKBP Iqbal Alqudusy, dilansir Antara

Longsor juga terjadi di Desa Pangi. BPBD Kabupaten Tolitolii bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, dan relawan melakukan evakuasi dan penyelamatan masyarakat. Penanganan darurat dan pendataan masih dilakukan. Kendala penanganan darurat adalah hujan masih turun, listrik mati, lokasi sulit dijangkau karena masih tergenang, dan minimnya alat untuk evakuasi. 

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolitoli sebagian banjir sudah surut pada Minggu (4/6/2017). Penanganan darurat masih dilakukan BPBD bersama unsur lainnya. 


Waspada Hujan dan Angin Kencang

Ilustrasi cuaca ekstrem sebabkan gelombang tinggi di perairan.

Peningkatan curah hujan di awal bulan Juni 2017 dipicu oleh adanya pergerakan gelombang atmosfer sepanjang khatulistiwa yang dikenal sebagai Madden Julian Oscillation (MJO). Diprediksi gelombang tersebut masih terus merambat ke wilayah timur Indonesia sampai lima hari ke depan, sehingga memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

Selain memicu hujan lebat, fenomena ini menyebabkan munculnya potensi angin kencang di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Gelombang tinggi juga terjadi di beberapa perairan Indonesia seperti Laut Banda, Laut Arafuru, Laut Timor, Perairan Selatan Jawa hingga P. Sumba dengan ketinggian berkisar 2-4 meter.

Diperkirakan akan terjadi peningkatan curah hujan disertai peluang kejadian angin kencang sehingga masyarakat di wilayah berikut ini agar waspada, yaitu antara lain : Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,  Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat, Papua.

"Masyarakat dihimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dan jalan licin," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya