Liputan6.com, Jakarta Memiliki anak rasanya pasti jadi kebanggaan orangtua, karena itulah, saya ingin berbagi cerita dalam Baby and Daddy kali ini. Perkenalkan, nama saya Luqman Rimadi. Satu tahun yang lalu, saya dan istri, Arsikh Mawaddah, baru saja dikarunia seorang putra yang kami beri nama Muhammad Hamka Azzam Alfatih.
Awal menikah, saya dan istri sempat memutuskan untuk menunda punya anak. Tidak niat lama-lama, hanya beberapa bulan saja. Sayangnya malah kebablasan dan jadi sampai dua tahun. Satu tahun istri belum hamil juga, kami sempat mengikuti program kehamilan. Alhamdulillah tak lama istri hamil, dan kami pun dikarunia seorang anak laki-laki.
Advertisement
Saat Hamka di kandungan, ada saja cobaan yang muncul. Bulan keempat istri saya hamil, rumah kami kemalingan. Semua isinya ludes. Maling hanya meninggalkan motor. Perhiasan, peralatan elektronik, dan barang berharga lainnya semua dibawa lari. Saya sempat khawatir hal ini akan membuat istri stres. Untungnya dia kuat dan kehamilannya baik-baik saja.
Di usia kehamilan tujuh bulan, saya dan istri tertabrak saat sedang naik motor. Istri dan saya jatuh. Saat itu perutnya sudah besar, kami sempat panik sekali. Lagi-lagi untung, walau sempat disarankan bed rest, kehamilan istri masih baik-baik saja.
Istri dan Buya Hamka
Ketika akhirnya istri melahirkan, walaupun hampir terlambat karena saat itu saya masih harus bekerja, saya berhasil mendampingi istri. Istri saya melahirkan secara normal, walaupun perjuangannya luar biasa apalagi karena masih ada trauma akibat jatuh dulu.
Saat istri melahirkan, saya ada di sebelahnya. Saya menemani dan mengingatkannya untuk terus membaca shalawat. Saya melihat jelas detik-detik Hamka dilahirkan dan menyaksikan langsung perjuangan istri membawa anak kami ke dunia. Saya lihat bagaimana anak saya lahir, keluar dari istri. Saya saksikan detik-detik bagaimana dokter mengeluarkan plasenta.
Dan itu jadi bahan perenungan, bagaimana perjuangan seorang ibu itu benar-benar luar biasa. Usaha seorang ibu membawa anaknya ke dunia itu keras banget. Setelah melihat perjuangan istri melahirkan, saya jadi lebih sayang sama istri. Jadi lebih sabar, enggak mau keras-keras lagi sama istri, lebih baik mengalah.
Sejak dulu menonton film Tengelamnya Kapal van der Wijck, saya memang sudah mengidolakan Buya Hamka. Setelah menonton film itu, saya mulai membaca buku-bukunya yang lain. Mulai dari novel sampai buku agamanya. Saya memang berniat, jika memiliki anak laki-laki, akan diberi nama Hamka.
Ketika tahu bahwa anak pertama kami adalah laki-laki, rasanya senang sekali. Karena berarti keinginan saya untuk menamai anak Hamka, bisa tercapai. Selain saya ingin buah hati saya bisa seperti Buya Hamka, dari namanya saya juga berharap dia akan selalu berada di jalan yang lurus (Azzam) dan menjadi seorang pembuka terhadap kebaikan, makanya saya memberinya nama Alfatih.
Advertisement
Harus Sayang Binatang
Sekarang Hamka sudah satu tahun. Sudah mulai berusaha berjalan, merambat-rambat sendiri. Ngomongnya juga sudah mulai bisa, sepatah-dua patah kata. Kalau sekarang sih hobinya naik odong-odong. Tiap pagi harus naik odong-odong yang ada di dekat rumah. Dia juga suka naik delman dan lihat kuda.
Saya memang berusaha untuk mengajarkan dia agar peka sama hewan. Mulai dari memperkenalkan anak pada kucing, sampai mengajaknya memberi makan kambing. Di dekat rumah kami kebetulan memang ada tukang kambing. Saya pernah baca, dengan mengenalkan anak ada hewan akan bikin dia jadi sosok yang toleran dan punya jiwa sosial yang tinggi.
Selain itu, sekarang setiap pagi, saya dan Hamka punya ritual. Kami hobi ke pasar. Selain karena rumah kami memang dekat dengan pasar, saya juga ingin membiasakan Hamka bersosialisasi, biar tidak takut. Saya ingin dia punya jiwa sosial yang baik.
Sekarang, Hamka sudah hobi ke pasar. Dia pasti senang kalau saya ajak dan mulai hapal dengan beberapa sayuran yang dijual di pasar.
Tiga hal menjelaskan Hamka: lucu, nggemesin, dan lesung pipi. Lesung pipinya dalam sekali, saya juga enggak tahu dari mana datangnya. Istri saya memang punya lesung pipi, tapi cuka sebelah dan enggak dalem. Kadang-kadang orang suka bilang, kok sama sekali nggak mirip Ayahnya? Kesel sih, tapi senang juga karena berarti anaknya lebih baik dari ayahnya.
Harapan saya, Hamka bisa jadi anak yang cerdas dan soleh. Hamka akan jadi anak pertama, sekarang juga kami memanggilnya Abang. Saya harap Hamka nantinya akan jadi anak yang kuat, penerus orangtuanya dan bisa jadi pendamping adik-adiknya.
*Ingin eksis seperti Baby and Daddy di atas? Sahabat Liputan6.com bisa mengirimkan foto bayi Anda dan sang ayah beserta kisah singkatnya ke email redaksi Health: health.liputan6@gmail.com, dengan syarat sebagai berikut,
- Kirimkan 5 foto lowres (@ maksimal 1 MB) bayi dan ayah dengan pose dan angle menarik
- Tulis kisah singkat lima paragraf tentang bayi Anda
- Cantumkan data diri (nama, nomor telepon, alamat)
** Kami akan memuat foto "Selfie Baby and Daddy" setiap minggu