AS, Israel, Korut...Daftar 10 Negara yang Sulit untuk Dijajah

Berikut 10 negara yang sulit untuk dijajah maupun diinvasi, mulai dari Korea Utara hingga AS.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Jun 2017, 20:00 WIB
Invasi Amerika Serikat ke Panama 1989 bernama sandi Operation Just Cause (Morland/US Army)

Liputan6.com, Jakarta - Tengok sejarah Indonesia. Sepanjang riwayatnya berada di muka Bumi, Nusantara telah berkali-kali berganti penjajah dan penginvasi dari berbagai bangsa serta negara.

Kita mengenal Belanda yang telah menjajah Indonesia selama sekitar 350 tahun. Sementara itu Jepang, merupakan penjajah terakhir sebelum kemerdekaan pada 1945.

Meski di masa moderen kini penjajahan dan kolonialisme nampak sudah tak ada lagi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sejumlah kasus invasi suatu negara ke negara lain dapat terjadi.

Ambil contoh aneksasi Rusia terhadap Crimea di Ukraina pada 2014. Atau invasi Amerika Serikat ke Irak pada 2003.

Kedua kasus itu dapat menjadi contoh bahwa penjajahan, invasi, maupun kolonialisme moderen dapat terjadi di Abad ke-21 kepada setiap negara manapun.

Akan tetapi untuk beberapa alasan, sejumlah negara tidak dapat diinvasi atau dijajah. Hal ini disebabkan karena faktor geografis atau karena memiliki sumber daya militer yang --meski relatif-- sangat digdaya.

Berikut, 10 negara yang sulit untuk dijajah maupun diinvasi, seperti yang dirangkum oleh Liputan6.com dari Wonderslist.com, Senin (5/6/2017)

 


10. Iran

Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Ada alasan mengapa Iran dijuluki sebagai 'Benteng Iran'. Topografi Iran didominasi oleh wilayah pegunungan serupa Afghanistan yang sejak diinvasi pada 2001, Afghanistan belum mampu ditaklukkan oleh koalisi AS - NATO.

Selain itu, negara dengan Ibu Kota Tehran itu memiliki sumber daya militer yang mumpuni, seperti setengah juta prajurit, 1.658 tank, 137 pesawat, dan sistem misil jarak jauh yang tersebar di setiap penjuru negeri.

Tak hanya itu, sejumlah informasi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa Iran tengah mengembangkan dan memiliki hulu ledak nuklir.

Keseluruhan kombinasi tersebut mampu membuat Iran menjadi salah satu negara yang sangat sulit untuk diinvasi pada Abad ke-21, meski dilaporkan memiliki tensi tegang dengan Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Turki.

 


9. Bhutan

Bhutan (Wikimedia Commons)

Bhutan adalah negara terpencil yang terselip di barisan pegunungan Himalaya. Saat ini dilaporkan bahwa negara dengan Ibu Kota Thimpu itu hanya memiliki 6.000 personel militer, tidak memiliki artileri, dan tanpa angkatan udara.

Alasan Bhutan masuk dalam daftar negara yang sulit untuk dijajah adalah karena topografi-nya yang menyulitkan proses invasi. Umumnya, Bhutan terletak 300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun ada sejumlah lokasi yang dilintasi pegunungan Himalaya dan mampu mencapai ketinggian 3.000 hingga 5.000

Relasi Bhutan dengan India yang cukup dekat turut menjadi pertimbangan. India pun intens memasok sejumlah perlengkapan militer kepada Bhutan.

Tak hanya itu, negara di barisan pegunungan Himalaya itu memiliki riwayat tak pernah diinvasi sejak 1.700. Bangsa yang terakhir melakukan penyerangan ke Thimpu adalah Kerajaan Britania Raya. Akan tetapi, penyerangan Britania Raya pun tidak berhasil menduduki Bhutan sepenuhnya.

 


8. Australia

Personel tentara Australia melatih dan membimbing tentara Afghanistan (AP)

Bagi sebagian orang, Australia merupakan sebuah lokasi terpencil di muka Bumi. Tak hanya lokasinya yang berada di ujung dunia, dataran Australia yang luas juga menyulitkan rencana untuk melakukan invasi penuh ke Negeri Kanguru.

Jepang --yang berjarak 11.000 km-- pernah berencana untuk menginvasi Australia pada Perang Dunia II. Namun rencana itu batal dilaksanakan karena Nippon beralasan tak memiliki sumber daya militer yang cukup untuk menginvasi seluruh dataran Australia yang luas.

Ditambah lagi 70 persen wilayah tersebut didominasi oleh wilayah gurun pasir yang sangat luas dan terpencil. Hal ini akan berpotensi menguntungkan militer Australia untuk melaksanakan skema perang gerilya dan merepotkan pasukan invasi.

 


7. Rusia

Invasi Napoleon Bonaparte ke Moskow, Rusia berujung pada kekalahan (Wikipedia)

Raja Napoleon dan Kanselir Adolf Hitler merupakan saksi bisu mengenai pengalaman Prancis dan Jerman yang pernah melakukan invasi ke Rusia. Dan menurut riwayat pengalaman keduanya, menginvasi Rusia adalah sebuah ide buruk.

Napoleon dan Hitler memang pernah membawa pasukan militer masing-masing hingga ke ambang pintu Rusia (atau Uni Soviet pada masa Hitler; Kekaisaran Rusia pada masa Napoleon). Namun, luasnya dataran Negeri Beruang Merah yang diselimuti udara dingin nan membeku membuat Prancis dan Jerman gagal untuk menduduki Kremlin.

Saat Perang Dunia II, Tentara Merah Uni Soviet bahkan sengaja menarik mundur pasukannya dari pertempuran melawan Nazi Jerman. Aksi mundur Tentara Merah dilakukan bukan karena ketidakmampuan dalam menghadapi Wehrmacht, namun sengaja dilakukan untuk membiarkan pasukan Nazi Jerman membeku di Stalingard Uni Soviet.

Selain itu, Rusia moderen merupakan salah satu negara dengan personel militer aktif terbesar ke-5 di dunia atau sekitar 845.000 prajurit. Moskow juga memiliki 3.500 pesawat tempur, 350 kapal perang, dan sekitar 7.000 rudal nuklir.

Sumber daya itu membuat Napoleon dan Hitler abad ke-21 berpikir dua kali untuk menyerang negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin tersebut.

 


6. Korea Utara

Peluncuran rudal balistik terbaru milik Korea Utara, Selasa (30/5). Uji coba balistik yang berlangsung sukses ini diklaim telah menggunakan sistem kendali yang lebih akurat. (AP Photo/KCNA)

Salah satu hal yang membuat Korea Utara masuk di dalam daftar ini adalah kuantitas personel militernya yang berjumlah sekitar 1 juta prajurit. Tak hanya itu, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu juga memiliki jumlah alutsista yang mumpuni, yakni 4.200 tank dan 222 helikopter tempur.

Dengan sumber daya tersebut, Korea Utara memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni jika dibanding dengan seluruh negara anggota NATO, kecuali Amerika Serikat.

Tak hanya itu, menurut sejumlah perkembangan terakhir, Korea Utara dilaporkan memiliki misil jarak jauh dan hulu ledak nuklir. Kim Jong-un pun kerap memantau langsung program pengembangan misil dan rudal nuklir tersebut.

Selain itu, menurut sejumlah pakar dari China dan Rusia, jika konflik bersenjata di Semenanjung Korea pecah, setidaknya dibutuhkan koalisi AS, Jepang, dan Korea Selatan agar mampu mengalahkan Korea Utara.

 


5. Israel

Pasukan Israel memeriksa pesawat Mesir yang menjadi sasaran serangan udara Israel saat Perang Enam Hari 1967 (Wikimedia Commons)

Di masa moderen, Israel merupakan sebuah negara yang tidak disukai oleh sejumlah negara lain di sekitarnya, seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Untuk menghadapi itu, selama bertahun-tahun Israel telah berkembang menjadi salah satu negara dengan kapabilitas militer yang mumpuni di dunia.

Meski hanya memiliki 176.000 prajurit, namun hampir sebagian besar populasi warga sipil di Israel --pria maupun wanita berusia produktif-- memiliki pelatihan militer. Karena Israel merupakan salah satu negara yang menerapkan kebijakan wajib militer untuk setiap warga negaranya.

Negara dengan Ibu Kota Tel Aviv itu juga telah mengembangkan dan memiliki sistem misil pertahanan udara terbaik di dunia yang bernama Iron Dome. Sehingga potensi menyerang Israel lewat udara memiliki probabilitas yang sangat kecil.

 


4. Kanada

Tentara Kanada (Wikimedia Commons)

Kanada hanya memiliki 95.000 tentara profesional. Meski begitu, sama seperti Rusia, faktor luas wilayah dan iklim dingin nan beku merupakan pertahanan utama Kanada dari kemungkinan invasi negara lain.

Tak hanya itu, kedekatan dari segi diplomasi, relasi-kooperasi militer, dan geografi dengan Amerika Serikat membuat negara lain harus berkali-kali melakukan pertimbangan untuk menyerang negara dengan Ibu Kota Ottawa tersebut.

 


3. Swiss

Tentara Swiss (Wikimedia Commons)

Meski telah mengambil sikap netral dan menghindari perang sejak 1815, Swiss merupakan negara yang patut diperhitungkan dari segi militer.

Meski negara dengan pusat administrasi di Bern itu hanya memiliki 150.000 prajurit dan 156 alutsista militer, akan tetapi topografi wilayah Swiss yang dikelilingi pegunungan Alpen menyulitkan negara lain untuk melakukan invasi.

Tak hanya itu, Swiss dikelilingi dan menjalin relasi yang sangat baik dengan Jerman, Italia, Austria, dan Jerman. Keempat negara tersebut memiliki kapabilitas militer yang cukup mumpuni di Eropa Barat.

 


2. Jepang

Kapal Tempur Jepang Samidare (Shigeyuki Inakuma/AP)

Jepang termasuk sebagai salah satu negara yang kalah pada Perang Dunia II dan menderita kerugian besar terlebih lagi ketika dua kota utamanya dibom atom oleh Amerika Serikat. Namun tak seperti Jerman, Nippon tidak pernah diinvasi oleh Sekutu yang dipimpin oleh AS maupun Uni Soviet.

Tak hanya itu, pada masa Kekaisaran Mongolia menguasai hampir seluruh dataran Asia dan Eropa Timur, Jepang termasuk salah satu negara yang tidak berhasil ditaklukkan oleh Kubilai Khan.

Sejak 2016, Jepang telah menghabiskan sekitar US$ 60 milliar untuk anggaran militer. Saat ini, Nippon memiliki sekitar 250.000 pasukan, 600 tank, dan 1.590 pesawat militer.

 


1. Amerika Serikat

Kapal induk USS Carl Vinson dikawal sejumlah kapal perang (AFP)

Saat ini, anggaran militer Amerika Serikat berkisar US$ 596 miliar per-tahunnya. Uang sebanyak itu merupakan total anggaran militer dari 7 negara maju. Selain itu, sejak Presiden Donald Trump menjabat, anggaran militer AS akan bertambah sebesar US$ 54 miliar atau setara dengan 80 persen anggaran militer tahunan Rusia.

Topografi Amerika Serikat juga menjadi salah satu faktor. Wilayahnya yang membentang sekitar 10 juta kilometer persegi membuat AS sulit untuk diduduki secara penuh oleh pasukan militer lawan.

Saat ini, AS memiliki 1,2 juta personel yang dilengkapi dengan persenjataan canggih, alutsista dengan kuantitas dan kualitas mumpuni, serta hulu ledak nuklir. Kombinasi tersebut membuat Negeri Paman Sam menjadi negara teratas yang paling sulit untuk diinvasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya