Liputan6.com, London - Salah satu pelaku teror London yang ditembak mati oleh polisi dilaporkan pernah diusir dari masjid. Kala itu, ia menginterupsi khotbah imam, dengan mengatakan bahwa pemungutan suara dalam pemilihan umum tak sesuai dengan syariah Islam.
Terduga pelaku, yang sejauh ini namanya belum dirilis, diidentifikasi oleh tetangganya setelah penggerebekan polisi di sebuah flat di London timur. Diduga, ia adalah orang yang diusir dari Masjid Jabir bin Zayd di Barking.
Advertisement
Dikutip dari The Independent, Senin (5/6/2017), manajer masjid -- yang tak ingin namanya disebut-- mengatakan, terduga pelaku pernah bertindak agresif. Ia menginterupsi imam saat berkhotbah di hadapan para jemaah. Kala itu sang pemuka agama mengimbau agar umat muslim berpartisipasi dalam pemilu.
"Tiba-tiba saja ia berteriak, mengatakan bahwa pemungutan suara sangat tidak sesuai dengan Islam, dan seharusnya umat Muslim tidak mengikuti pemilihan umum," kata sang manajer masjid.
"Saat itu, ia begitu marah. Saya minta dia untuk minggir dan berkata, 'tolong tenangkan diri Anda'. Dia menolak, jadi saya usir dia. Untungnya, dia mengikuti apa yang saya katakan," tutur manajer terkait peristiwa yang terjadi beberapa bulan pasca-teror London pada Sabtu, 4 Juni 2017.
"Saat kami berada di luar ruangan, ia berkata kepada saya, 'kamu tak punya kekuasaan atas diriku, kecuali Tuhan karena ini adalah rumah Allah'. Dan saya menimpalinya, 'mungkin benar ini rumah Allah, tapi saya yang bertanggung jawab," ujar manajer pria itu.
Sang manajer menduga terduga pelaku teror London itu tak memiliki pengetahuan tentang Islam dan tak pernah mendapatkan pendidikan agama di sekitar kawasan itu.
"Ia tak punya teman dekat di sini, dia hanya datang, salat, lalu pergi. Ia memang menyapa orang lain tapi secara umum dia menarik diri," kata manajer masjid.
"Ia terlihat tak berpendidikan dan tak memiliki pengetahuan tentang agama," ia melanjutkan.
Manajer masjid itu juga mengatakan, semenjak diusir, terduga pelaku dilarang masuk ke masjid dan tak pernah lagi terlihat di seputar kawasan masjid.
Ketiga pelaku teror London telah ditembak mati oleh polisi 8 menit setelah sebelumnya mereka menabrakkan van ke arah pejalan kaki di London Bridge lalu menghambur ke Borough Market, menikam warga yang tengah menikmati malam minggu.
Dalam kedua insiden itu, tujuh orang tewas dan 48 terluka, 21 di antaranya dalam kondisi kritis.
Sejauh ini polisi telah menahan 12 orang terkait dengan insiden itu. Polisi menggerebek sebuah flat di Barking.
Sementara itu, polisi juga melakukan operasi penangkapan di di sebuah flat di kawasan East Ham. Ada dua orang ditangkap dalam penggerebekan itu.
Salah satu warga di East Ham bernama Malik Rouf mengatakan, salah satu pria dalam flat itu sempat kabur keluar jendela sebelum akhirnya dibekuk.
Para tetangga tak menyangka mereka yang ditangkap terkait dengan pelaku teror London, karena mereka terlihat "normal".
"Saya terkejut jika benar mereka memang seorang teroris," kata Rouf.
"Salah satu dari mereka kerap menggunakan pakaian panjang. Tapi, saya jarang melihat mereka keluar dari rumah," ucap pria berusia 30 tahun itu. Rouf mengatakan, dalam flat itu tinggal tujuh orang pria dan wanita.