Liputan6.com, Jakarta - Ada pembatalan penjualan bisnis restoran PT Modern Sevel Indonesia, anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN) kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, anak usaha PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk (CPIN) berdampak negatif ke saham MDRN.
Mengutip data RTI, Senin (5/6/2017) pukul 15.15 WIB, saham PT Modern International Tbk (MDRN) turun 10,34 persen ke level harga Rp 52 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 1.443 kali dengan nilai transaksi harian Rp 5,7 miliar. Pada penutupan perdagangan saham pukul 16.00 WIB, saham MDRN turun 12,07 persen ke level Rp 51 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.675 kali dengan nilai transaksi Rp 6,4 miliar.
Pelemahan saham MDRN ini terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bervariasi. IHSG naik tipis 6,62 poin atau 0,14 persen ke level 5.750.
Sepanjang 2017, saham MDRN turun 47,27 persen ke level Rp 58 per saham pada perdagangan saham Jumat 2 Juni 2017. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 166.652 kali dengan nilai transaksi Rp 502,7 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Padahal saham PT Modern Internasional Tbk sempat naik sekitar 24,19 persen pada 25 April 2017 ke level Rp 77 per saham. Kenaikan saham itu didorong rencana penjualan bisnis restoran dan convenience store milik anak usaha Modern Internasional kepada anak usaha PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk yaitu PT Charoen Pokphand Restu Indonesia.
Sementara itu, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) stagnan di level Rp 3.120 per saham. Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 3.170 dan terendah Rp 3.110 per saham. Total frekuensi 1.081 kali dengan nilai transaksi Rp 9,6 miliar.
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, pelaku pasar merespons negatif kabar pembatalan penjualan anak usaha Modern Internasional yaitu Modern Sevel Indonesia kepada anak usaha Charoen Pokphand.
Sebelumnya investor berharap ada penjualan anak usaha Modern Internasional kepada Charoen Pokphand maka akan membantu perseroan dari segi pendanaan. Dana hasil penjualan Modern Sevel Indonesia dapat digunakan untuk melunasi utang, belanja modal dan biaya operasional. Oleh karena ada harapan itu, menurut Reza sempat membuat harga saham PT Modern Internasional Tbk melonjak pada Maret 2017.
Akan tetapi kini kondisinya berbeda ketika ada pembatalan penjualan. Pelaku pasar mengkhawatirkan bisnis PT Modern Internasional Tbk ke depan. "Investor jadi khawatir pendanaan dari mana misalkan untuk bayar utang, dan biaya operasional modern internasional," kata dia.
Reza menilai saat ini bisnis minimarket memang cukup ketat persaingannya. Apalagi anak usaha MDRN tersebut harus bersaing dengan Indomaret dan Alfamart yang lebih besar ekspansinya dan diminati masyarakat. "Konsepnya memang berbeda dengan sevel. Ketika masyarakat hanya memanfaatkan minimarket untuk nongkrong dan tidak ada perputaran uang dan barang untuk belanja sehingga menurunkan bisnis sevel," jelas Reza.
Reza memperkirakan, harga saham Modern Internasional berpotensi melemah ke depan. "Ada peluang menguat (saham modern internasional) bila manajemen menyatakan ada strategi hadapi pasar dan bisa bertahan," tutur Reza.
Reza pun mengingatkan agar pelaku pasar mewaspadai pergerakan saham Modern Internasional bila kembali lanjutkan penurunan.