Liputan6.com, Jakarta Sigit Pramono menjadi salah satu kandidat Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2017-2022. Dalam visi misinya, dia memiliki program untuk membantu percepatan konsolidasi perbankan BUMN.
Dengan kondisi pasar Indonesia ditambah pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia dinilai membutuhkan satu bank yang memiliki kemampuan yang bersaing di ranah regional.
Dia mengungkapkan, perbankan negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand saat ini masuk peringkat 10 besar di Asia Tenggara. Sementara Indonesia, yang diwakili Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri hanya masuk peringkat 10 dan 11.
"Padahal kita ingin bangun infrastruktur yang butuh kredit perbankan yang besar. Alhasil banyak infrastruktur yang dibiayai bank asing. Jadi tantangan adalah perbesar bank kita dengan konsolidasi perbankan," kata dia di Gedung DPR RI, Senin (5/6/2017).
Sebab itu, bila terpilih menjadi pimpinan OJK, Sigit mengaku siap berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan berbagai instansi terkait lainnya untuk mempercepat pembentukan induk usaha (holding) BUMN perbankan.
Bahkan Sigit mengusulkan konsolidasi perbankan bila memungkinan tidak melalui konsep holding, melainkan langsung menggunakan konsep merger. "Saya pribadi, saya lebih memilih langsung merger daripada holding," tegasnya.
Sigit bahkan mengusulkan untuk menyatukan lini bisnis yang selama ini ada di masing-masing perbankan.
Dia mencontohkan, perbankan BUMN yang selama ini menggarap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Demi lebih efisien, sektor itu digabung ke BRI yang selama ini memang sudah ahli mengurusi UMKM. "Jadi gabungin satu di BRI saja," dia menandaskan.
Advertisement