Suka Duka Berpuasa 19 Jam di Belgia

Salah satu tantangan menjalani puasa di Eropa, adalah waktu puasa yang panjang. Seperti dialami mahasiswa S3 asal Indonesia di Kota Leuven

oleh herlan.primasto diperbarui 06 Jun 2017, 07:28 WIB

Liputan6.com, Jakarta Salah satu tantangan menjalani puasa di Eropa, adalah waktu puasa yang panjang. Seperti dialami mahasiswa S3 asal Indonesia di Kota Leuven, Belgia, Bayu Nugraha, yang harus berpuasa selama 19 jam. Bagaimana suka duka puasa di Belgia?

Seperti yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (6/6/2017), inilah Kota Leuven, sebuah kota tua yang terletak di bagian tengah Belgia, atau sekitar 25 kilometer dari Brusel, Ibu Kota Belgia. Di kota ini, Bayu menempuh studi doktoral bidang bioscience engineering, di Universitas Katolik Leuven. Tahun ini, merupakan tahun pertama baginya, menjalani puasa Ramadan di Belgia.

Waktu puasa di sini, sangat panjang, yakni 19 jam. Dari pukul 03.15 hingga pukul 21.40 waktu setempat. Untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa atau sahur, Bayu dan istri harus berhati-hati, karena makanan yang tersedia di supermarket atau restoran, tak semuanya halal. Ia pun lebih suka berbelanja di toko berlabel halal.

Puasa di negeri orang, selalu disertai rasa rindu pada keluarga. Karena itulah, perkumpulan mahasiswa Indonesia di Leuven, kerap mengadakan buka puasa bersama, yang diawali dengan ceramah.

Selain merasakan kebersamaan, mereka juga bisa menikmati berbagai hidangan khas Indonesia. Para mahasiswa muslim dari berbagai negara, tergabung dalam perkumpulan Mahasiswa Muslim Internasional Leuven atau Imsal. Selama Ramadan, mereka kerap menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti ceramah, buka puasa dan tarawih bersama.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya