Liputan6.com, Jakarta Wacana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya semakin dekat untuk terealisasi. Hal tersebut seiring dengan kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ke Jepang.
Menanggapi hal ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, sebenarnya pemerintah masih membuka peluang bagi negara lain untuk membangun kereta cepat ini. Bahkan China masih berpeluang untuk menggarap proyek tersebut.
Advertisement
"(Tender) Ya, tentu beauty contest. Sebenarnya sekarang terbuka ke semuanya. (China) Masih mungkin," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Namun negara-negara yang berminat untuk membangun kereta cepat ini harus memenuhi kriteria yang diinginkan oleh pemerintah. Kriteria tersebut harus dipenuhi agar kecepatan kereta mencapai 150-160 km per jam.
"Kita memang ingin kecepatan itu 150-160 km per jam. Nah itu bisa dicapai dengan dua hal. Pertama, dicapai dengan melakukan elektrifikasi. Kedua, harus dihilangkan lintasan sebidang 900-1.000 (perlintasan)," kata dia.
Selain itu, lanjut Budi, pemerintah ingin agar pembangunan kereta cepat ini tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kita ingin sekali Jakarta-Surabaya nggak membebani APBN, inginnya B to B. Beberapa hari lalu saya sampaikan ke Dubes Jepang untuk dipikirkan, kecepatan, elektrifikasi, lintasan sebidang, dan B to B," jelas dia.
Jika Jepang memang mampu memenuhi kriteria tersebut, lanjut Budi, maka bisa saja proyek ini jatuh ke tangan Jepang.
"Kalau Jepang bersedia memenuhi kriteria itu, mungkin kita setuju. Kita lagi siapkan DED (detail engineering design). Kita kerjakan dengan BPPT. memang ada beberapa hal yang mesti dibahas di sana. Satu adalah kita ingin sekali ada satu improvement yang terasa di Jakarta-Surabaya," tandas dia.