Liputan6.com, Paris - Seorang pria bersenjata palu tiba-tiba mengejar dan berupaya menyerang polisi yang berpatroli di lapangan terbuka di depan Katedral Notre Dame di Paris, Prancis pada Selasa 6 Juni 2017. Insiden tersebut terjadi pada pukul 16.30 waktu setempat.
Tak hanya martil, pelaku juga membawa dua bilah pisau dapur. "Ini untuk Suriah!," demikian kalimat yang diteriakkan pelaku saat menyerang petugas, seperti diungkap Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerard Collomb, dikutip dari Los Angeles Times, Selasa (6/6/2017).
Advertisement
Polisi segera melumpuhkan pelaku dengan timah panas, setelah ia mengancam aparat dan orang-orang di luar katedral. Pria tersebut sebelumnya juga memukul kepala seorang petugas keamanan dengan palu.
Pelaku terluka akibat tembakan aparat dan dilarikan ke rumah sakit. Seorang anggota polisi juga mengalami cedera akibat insiden itu.
Belum diketahui identitas pelaku penyerangan di Notre Dame. Namun informasi yang beredar menyebut, ia diduga adalah warga Aljazair dan membawa kartu identitas pelajar.
Polisi Paris, yang waspada atas serangan teror, bergegas menuju lokasi kejadian.
Saat kejadian, ada ratusan orang yang berada di alun-alun di depan Notre Dame. Mereka semua dievakuasi dan diperintahkan menjauh dari lokasi kejadian. Sebab, dikhawatirkan ada serangan susulan.
Sementara, mereka yang berada di Notre Dame, Katedral Sainte-Chappelle yang ada di dekatnya, atau di area bar dan kafe diminta untuk bertahan di dalam bangunan.
Lawrence Langner (73), turis asal Amerika Serikat mengaku mendengar suara ribut-ribut yang disusul dua suara keras seperti letusan senjata api.
Sementara, jurnalis bernama David Metreau yang kantornya berada di seberang Notre Dame mengungkapkan dalam Twitternya bahwa ia mendengar suara keras yang mirip letusan senjata.
Saat melongok ke bawah dari jendela kantornya, ia melihat seorang pria tergeletak di alun-alun.
"Kupikir dia sudah tewas," kata dia seperti dikutip dari Washington Post. Polisi kemudian mengecek denyut nadinya dan membawanya pergi dengan mengenakan tandu.
Sementara, juru bicara Kepolisian Johanna Primevert mengatakan, operasi aparat pasca-kejadian berakhir sesaat setelah pukul 17.30.
Paris menerapkan status siaga tinggi menyusul serangkaian serangan ekstremis dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa aksi teror juga menargetkan petugas polisi dan aparat keamanan lainnya.
Pada April 2016, seorang penyerang melepaskan tembakan ke sebuah van polisi di Champs Elysees di Paris, menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya. Pelaku kemudian ditembak mati oleh polisi.
Sebelumnya, tentara yang mengamankan lokasi-lokasi penting di sekitar Paris juga jadi sasaran -- satu di museum Louvre pada bulan Februari dan satu di Bandara Orly pada bulan Maret.