Investor Buru Instrumen Safe Haven, Harga Emas Melambung

Harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi US$ 1.289,20 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Jun 2017, 06:36 WIB
Harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi US$ 1.289,20 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menyentuh level tertinggi dalam tujuh pekan pada perdagangan Selasa jelang pemilu Inggris dan pertemuan Bank Sentral Eropa. Selain itu, rencana kesaksian mantan Direktur FBI James Comey kepada Senat untuk pertama kalinya hari Kamis nanti juga menjadi sentimen pendorong kenaikan harga emas.

Mengutip Reuters, Rabu (7/6/2017), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi US$ 1.289,20 per ounce. Sebelumnya, harga emas sempat mencapai US$ 1,289.67 per ounce, level tertingginya sejak 19 April. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi US$ 1,291,8 per ounce.

Beberapa peristiwa yang akan terjadi pada pekan ini membuat para pelaku pasar mengarahkan investasi ke instrumen safe haven. Alasannya, terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik yang mengharuskan investor untuk melindungi investasi.

"Tentu saja harga emas akan sangat tergantung dengan dolar AS. Namun ada beberapa risiko dalam waktu dekat ini, seperti pemilu Inggris, keputusan suku bunga Bank Sentral AS, dan juga pernyataan James Comey," ujar analis Senior Oanda, Jeffrey Halley.

Sejauh ini, hasil jajak pendapat di Inggris memperlihatkan bahwa Perdana Menteri Theresa May sedikit unggul jika dibanding lawannya. Jika memang hasil pemilu Inggris menyatakan May menang, maka hal ini akan sedikit meredam gejolak karena akan mengurangi ketakutan geopolitik.

Sementara kebijakan Bank Sentral Eropa juga akan sangat mempengaruhi harga emas. Beberapa waktu lalu salah satu pejabat Bank Sentral Eropa sempat mengeluarkan pernyataan bahwa akan meningkatkan stimulus. Hal tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut dan mengurangi ketidakpastian di sektor ekonomi.

Sedangkan dari AS, kesaksian Comey akan sangat mempengaruhi rencana kebijakan-kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk melakukan reformasi ekonomi. Comey dianggap mengetahui mengenai keterlibatan Rusia dalam pemilu AS pada 2016 kemarin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya