Konektivitas Jadi Pendorong Kegiatan Ekonomi dan Wisata Daerah

Pemerintah pusat diminta serius untuk mengembangkan konektivitas antar pulau.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Jun 2017, 12:07 WIB
Pemerintah pusat diminta serius untuk mengembangkan konektivitas antar pulau.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah pusat diminta serius untuk mengembangkan konektivitas antar pulau. Adanya konektivitas ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pariwisata di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di pulau-pulau terluar dan terpencil.

Wali Kota Makassar Danny Pomanto mengatakan pembangunan konektivitas antar pulau diperlukan guna mengakselerasi peningkatan kemandirian dan daya saing ekonomi wilayah. Dengan demikian, lebih banyak ekonomi wilayah yang bisa berkontribusi terhadap ekonomi nasional.

"Namun kita belum mengidentifikasi tentang peta prioritas pembangunan konektivitas antar pulau yang mampu menjadi penggerak utama bagi kemandirian dan daya saing wilayah," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Selain itu, kendala yang dihadapi dalam pembangunan konektivitas antar pulau ini berkaitan dengan sinergi kebijakan, kapasitas anggaran, kelembagaan, sumber daya manusia, dan partisipasi masyarakat.

Kemudian, belum adanya langkah-langkah strategis yang diperlukan agar kebijakan yang ada mampu mengakselerasi peningkatan kemandirian dan daya saing ekonomi di masing-masing pulau.

“Kemarin kami mendapat kunjungan dari negara- negara Uni Eropa. Hampir semua duta besar hadir, termasuk Singapura. Bagaimana intensnya Makassar terkonektivitas secara internasional dengan beberapa kalangan. Salah satunya karena posisi geografis kita,” kata dia.

Menurut dia, secara filosofis sistem konektivitas di Indonesia ini harus diubah. Pemerintah harus menganalisis pentingnya pembangunan konektivitas antar pulau, mengidentifikasi dan mengalisis peta prioritas pembangunan konektivitas antar pulau.

"Selain itu, juga untuk menganalisis tentang peluang dan kendala bagi optimalisasi pembangunan konektivitas tersebut, baik yang berkaitan dengan sinergi kebijakan, anggaran, kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia serta merekomendasikan langkah-langkah strategis yang diperlukan agar kebijakan menjadi optimal," ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, konektivitas menjadi satu kelemahan pariwisata Indonesia. Ada tiga pihak besar yang juga terkait untuk membangun konektivitas, yaitu otoritas, airlines, dan bandar udara.

“Otoritas, yaitu temen-temen Kemenhub, Kemen-PU Pera. Kalau dari otoritas pertanyaannya, mengapa sih izinnya susah? Jepang itu hebat prestasinya, dalam waktu dua tahun jumlah wismannya double. Nah, mereka melakukan tiga hal. Satu, meningkatkan daya saing, kebijakan bebas visa, dan membangun sinergitas, bahwa urusan pertanahan, infrastruktur, transportasi, dan pariwisata itu harus dilakukan bersama,” ucap Arief Yahya.

Lebih jauh dirinya mengatakan, untuk memenangkan persaingan global, kelemahan ini harus segera diperbaiki, dan ditingkatkan kualitasnya, mengingat 90 persen kedatangan wisman ke Indonesia menggunakan transportasi udara.

“Tersedianya seat yang memadai untuk mendukung target 15 juta wisman tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2019 merupakan persoalan yang harus segera dipecahkan dengan melibatkan semua elemen pariwisata,” kata Arief Yahya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya