Timnas Indonesia Asah Mental

Timnas Indonesia akan berhadapan dengan Kamboja, Kamis (8/6/2017).

oleh Marco Tampubolon diperbarui 07 Jun 2017, 18:30 WIB
Pemain Timnas Indonesia, Irfan Bachdim (tengah) bersiap naikl bis menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (5/6). Timnas Indonesia akan melakoni laga uji coba melawan Kamboja pada 8 Juni mendatang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Sejak resmi ditangani Luis Milla, Timnas Indonesia proyeksi SEA Games 2017 untuk pertama kali bakal bermain di kandang lawan. Tim Merah Putih yang mayoritas diperkuat pemain di bawah usia 22 tahun akan beruji coba lawan Timnas Kamboja di Phnom Penh, Kamis (8/6/2017).

Teknik bukan satu-satunya yang jadi perhatian Milla dalam duel ini. Pelatih yang pernah membawa Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21 itu justru ingin mengasah mental bertanding anak asuhnya. Maklum, SEA Games 2017 akan berlangsung di negeri seberang, Singapura!

”Ini momen bagi saya melihat kemampuan bertanding di luar Indonesia. Kamboja tim bagus. Apalagi bertanding di depan publik sendiri, mereka mampu menguasai pertandingan dan menekan,” ujar Milla dalam rilis yang diterima para wartawan, Rabu (7/6/2017).

Di luar teknik, mental bertanding memang kerap menjadi kendala bagi timnas mencapai puncak prestasi. Tampil trengginas di kandang sendiri, sering Timnas Indonesia justru melempem di kandang lawan.

Masih segar dalam ingatan bagaimana Indonesia tampil sangat dominan pada Piala AFF 2010. Saat itu, Tim Garuda yang ditangani Alfred Riedl berhasil melaju ke babak final dengan hasil sempurna.

Sejak babak penyisihan hingga semifinal Indonesia selalu menang. Pada turnamen ini, Indonesia hanya kalah satu kali, yakni saat bertemu Malaysia di final leg pertama di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Saat itu, Markus Horison dan kawan-kawan keok 0-3.

Foto dok. Liputan6.com

Ini merupakan satu-satunya kekalahan yang diderita Indonesia sepanjang turnamen karena pada final leg kedua, Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia 2-1 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

Celakanya, kekalahan semata wayang ini justru membuat langkah Timnas Indonesia meraih trofi juara pupus. Sebab, Malaysia di babak penyisihan sempat dibantai 5-1, unggul agregat 4-2 atas Indonesia.

Pengalaman yang sama juga dialami Indonesia ketika kembali lolos ke final Piala AFF 2016. Meski sempat terseok-seok di babak penyisihan, Garuda mampu menembus final dan bertemu Thailand.

Saat itu, Thailand menjadi tim favorit setelah menyapu bersih seluruh pertandingan sejak babak penyisihan hingga semifinal. Sebaliknya, Timnas Indonesia lebih layak menyandang status sebagai underdog.

Final leg pertama pun berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Di depan publik sendiri, Timnas Indonesia tampil luar biasa. Dengan semangat pantang menyerah, Indonesia menang 2-1. Ini pun jadi kekalahan perdana Thailand sepanjang turnamen berlangsung.

Foto dok. Liputan6.com

Dengan hasil ini, Indonesia tinggal selangkah lagi menuju podium juara. Tidak perlu menang, Indonesia hanya butuh hasil imbang saja saat tampil di markas Thailand, Stadion Rajamangala, Bangkok.

Namun, mental sekali lagi jadi kendala pasukan Alfred Riedl. Tampil di depan pundukung lawan, Indonesia grogi. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan tuan rumah membombardir gawang Indonesia. Dua gol Siroch Chattong akhirnya mengubur mimpi juara tim Merah Putih.

Milla tentu tidak ingin kejadian ini terulang. Itu sebabnya mantan pemain Real Madrid dan Barcelona itu membawa pasukannya ke Kamboja. Mereka bertolak dari Jakarta pada Senin (5/6/2017). Sebanyak 22 pemain diboyong untuk menghadapi uji coba ini. Menariknya, lima di antaranya berusia di atas 22 tahun, yakni Kurnia Meiga, Stefano Lilipaly, Fachruddin Aryanto, Irfan Bachdim, dan Bayu Pradana. Namun, Stefano batal bergabung karena istrinya baru melahirkan. Sebagai gantinya, Milla memanggil pemain Arema, Adam Alis.

“Tim dalam kondisi oke serta siap tempur menghadapi Kamboja, besok. Sekali lagi, kami bawa pemain muda yang akan dibawa ke SEA Games nanti dan lima pemain senior. Kita jalani dua kali latihan di Kamboja, dan semua berjalan baik,” kata Milla menambahkan.

Di atas keras, Indonesia sebenarnya masih lebih unggul dibanding Kamboja. Dari 14 duel yang sudah dilalui sejak 1995, Indonesia hanya sekali bermain imbang. Sisanya dimenangi tim Merah Putih.

Namun, tentu saja ini tidak bisa jadi patokan mutlak. Sebab, Kamboja yang ditangani pelatih baru, Leonardo Vitorino, juga ingin bangkit setelah mengalami dua kekalahan beruntun lawan India (2-3) dan Yordania (0-7). Apalagi, Kamboja bakal tampil di hadapan publiknya.

"Kamboja baru saja mengganti pelatih, cara mainnya juga bagus, coba menguasai laga dan mengatur ritme permainan. Tapi saya tegaskan, kami juga bisa bermain bagus. Tim ini sedang berkembang. Kita akan melihat sejauh mana perkembangan tim," katanya.

Setelah melawan Kamboja, Indonesia akan menjajal kekuatan Puerto Rico. Pertandingan uji coba ini akan berlangsung di Stadion Maguwoharjo, Sleman, 13 Juni 2017. 


Bekal dari Prancis

Pemain Timnas Indonesia U-19 berfoto jelang laga latih tanding melawan Patriot Candrabhaga FC di Stadion Patriot, Bekasi, Kamis (27/4). Timnas Indonesia U-19 unggul 2-0 atas Patriot Candrabhaga FC. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu Timnas Indonesia U-19 pulang dari Turnamen Toulon 2017 tanpa kemenangan. Tiga kali tampil di babak penyisihan grup, pasukan Indra Sjafri kalah dari lawan-lawannya. Meski demikian, Indra bernapas lega karena timnya mampu memberi perlawanan.

Di laga pertama, Timnas U-19 sempat membuat kerepotan Brasil sebelum akhirnya menyerah 0-1. Peluang Indonesia menuju babak selanjutnya pupus setelah dibantai Republik Ceko 3-0 di laga kedua. Timnas U-19 kembali tampil memukau saat bertemu Skotlandia di laga pamungkas.

Dalam duel ini, Indonesia sempat unggul lewat gol Hanis Saghara pada menit ke-24. Namun, Skotlandia mampu membalasnya pada menit ke-32 lewat Ryan Hardie. Harapan Indonesia merebut poin sirna setelah wasit menunjuk titip putih 69. Hardie yang menjadi algojo tidak menyia-nyiakan peluang itu. Hasil 2-1 bertahan hingga akhir dan membuat timnas Indonesia U-19 pulang sebagai juru kunci.

"Kami puas dengan penampilan dan kerja keras anak-anak. Kami banyak mendapat manfaat di turnamen ini," ucap Indra Sjafri dalam rilis resmi PSSI.

"Hal yang kami bayangkan tentang sepak bola Eropa, ternyata kita tidak terlalu ketinggalan. Asal kita konsisten, tim ini bakal jadi generasi baru sepak bola Indonesia," kata mantan pelatih Bali United itu melanjutkan.

Meski pulang sebagai juru kunci, Timnas U-19 boleh berbangga. Sebab, salah seorang pemainnya, Egy Maulana Fikry, pulang dengan membawa trofi Jouer Revelation Trophee sebagai pemain yang dianggap paling berpengaruh dalam tim. Penghargaan ini juga pernah diraih bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo. Bahkan, pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane juga meraih penghargaan ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya