Afghanistan Minati Kerja Sama di Sektor Industri Tekstil

Afganistan serius untuk meningkatkan hubungan dagang dengan Indonesia serta mengoptimalkan investasi di sektor industri.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 08 Jun 2017, 09:30 WIB
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Afganistan serius untuk meningkatkan hubungan dagang dengan Indonesia serta mengoptimalkan investasi di sektor industri. Negara ini minati kerja sama di beberapa sektor industri.

“Ada beberapa komoditi yang mereka tertarik untuk segera dibahas. Misalnya tekstil, farmasi, building construction, dan makanan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menerima kunjungan Duta Besar Afganistan untuk Indonesia Roya Rahmani dalam keterangannya, ditulius Kamis (8/6/2017).

Untuk menindaklanjuti peluang kerja sama tersebut, Menperin menyatakan, delegasi Indonesia perlu datang ke Afganistan untuk melakukan dialog bisnis bilateral. “Mereka juga telah menyampaikan undangan untuk pemerintah dan pelaku bisnis Indonesia bisa datang ke Kabul,” ujarnya.

Secara historis, Afganistan memiliki kedekatan khusus dengan Indonesia karena merupakan salah satu negara yang mengakui awal kedaulatan Republik Indonesia. Kedua negara telah menjalin hubungan yang baik selama 62 tahun dan berperan aktif menyukseskan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Sebelumnya, Menperin berharap, penguatan hubungan bilateral akan membawa pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

“Dalam perdagangan antar negara, sejak tahun 2011 sampai 2015, walaupun terjadi fluktuasi, dapat tumbuh 3,83 persen rata-rata per tahun,” ungkap Airlangga. Di tahun 2015, total perdagangan kedua negara mencapai USD36,5 juta, bahkan pada 2014 mencatat capaian tertinggi sebesar USD77 juta.

Menperin pun memberikan apresiasi kepada kalangan pebisnis Afganistan yang telah berinvestasi di Indonesia dengan nilai mencapai US$ 12,3 juta tahun 2016. Investasi tersebut, terdistribusi dominan di sektor industri kimia dan farmasi, sedangkan tahun sebelumnya lebih banyak di industri tekstil.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya