Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Indonesia dengan Jepang pada tahun 2018 akan memasuki usia yang ke-60 tahun. Sejumlah hal dilakukan untuk terus mempererat hubungan kedua negara, termasuk program pengiriman pemimpin pondok pesantren Indonesia ke Negeri Sakura.
Menurut Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, para peserta merasa lebih akrab dan mengenal lebih jauh tentang Jepang melalui program yang telah memasuki tahun ke-14 tersebut.
Advertisement
"Peserta membawa perasaan lebih akrab, setelah menyentuh kebiasaan dan kebudayaan Jepang secara langsung dan menemukan kemiripan antara ajaran agama Islam dalam kedisiplinan dan kebiasaan Jepang yang dipraktikkan," ujar Dubes Ishii dalam acara buka puasa bersama yang diadakan di kediamannya pada Rabu, 7 April 2017.
Menurut Ishii, Jepang menganggap Indonesia sebagai negara yang penting. Selain itu, dijalankannya program tersebut merupakan hal yang wajar karena Negeri Sakura terbuka berbagai macam agama dan budaya.
"Bagi Jepang, melalui program kunjungan pemimpin ponpes ini merupakan kesempatan sangat penting, karena kami bisa belajar banyak tentang kebiasaan Indonesia atau Islam," ujar Ishii yang mulai bertugas di Indonesia sejak April 2017.
Dalam kegiatan buka puasa tersebut, turut hadir sejumlah tokoh Islam Indonesia, termasuk Guru Besar UIN Jakarta Azyumardi Azra dan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin.
Menurut Azyumardi, Jepang saat ini tengah mengampanyekan wisata yang ramah bagi muslim, misalnya saja adanya penunjuk kiblat di hotel.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Ishii yang menyebut, Negeri Sakura saat ini mulai beradaptasi dengan cara hidup muslim, seperti adanya beberapa masjid besar dan restoran halal.
Ishii juga mengatakan, dengan meningkatnya turis Tanah Air ke Jepang, semakin banyak restoran menyajikan makanan Indonesia. "Saya sebagai penggemar makanan Indonesia sangat senang," ujar Ishii mengaku senang menyantap mi goreng, sop ayam, dan masakan padang itu.
Pada awal tahun depan, pemerintah Jepang akan mengundang 20 pemuda dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam program genesis.
"Dalam situasi internasional yang tidak pasti, pertukaran pemuda pemudi adalah upaya penting untuk meningkatkan kepastian masa depan Indonesia dan Jepang, dan saya akan melanjutkan program ini," ujar Ishii.