Liputan6.com, Jakarta - Sri Lanka masih dirundung duka. Penyebabnya adalah banjir besar yang melanda negara penghasil teh kualitas terbaik di seantero planet ini.
Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Dharsana M. Perera, menceritakan bagaimana keadaan negaranya pascabencana.
Sebagian Sri Lanka, kata dia, luluh lantak. Infrastruktur rusak parah, ratusan nyawa melayang, dan bantuan sulit masuk ke beberapa tempat di negaranya. Namun, hal itu cuma gambaran kecil dari kondisi di lapangan.
Tak hanya itu, kerusakan fisik dan infrastruktur berpengaruh kepada menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke negara Asia Selatan tersebut.
Dari data Otoritas Pembangunan Pariwisata Sri Lanka (SLTDA), cuaca buruk menyebabkan penurunan jumlah wisatawan sebanyak 2,5 persen.
Padahal, pariwisata jadi salah satu tulang punggung perekonomian Sri Lanka. Negara ini telah mendulang banyak penghargaan global terkait wisata.
Mulai dari petualang tersohor Italia, sampai yang paling baru, buku panduan wisata lonely planet, punya pandangan sama. Negara ini adalah salah satu tujuan melancong terbaik.
Oleh sebab itu, Dubes Perera menegaskan, negaranya tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Bencana ini bisa ditangani.
Mengandalkan kekuatan sendiri mustahil memang. Demi mengatasi banjir yang menerjang sepertiga bagian, Sri Lanka butuh bantuan internasional, termasuk dari Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
RI, ditegaskan Perera, merupakan sahabat karib negaranya. RI selalu ada di setiap masa sulit adalah bukti betapa pedulinya Indonesia.
Ia masih ingat betul, saat Presiden Joko Widodo mengirimkan bantuan beras kepada negaranya yang sedang dilanda kekeringan.
Perera pun percaya saat ini Indonesia bisa berkontribusi besar. Tidak hanya pemerintah, rakyat Indonesia yang mau membantu juga bisa difasilitasi.
Ada dua cara. Pertama membawa langsung ke kantor Kedutaan Sri Lanka. Kedua melalui transfer melalui Standard Chartered Bank cabang Satrio dan dengan nama akun Embassy Sri Lanka dan nomor rekening 306 092356 45.
Di samping itu, Perera melihat Sri Lanka punya kesamaan dengan Indonesia. Dua negara yang berada di tepian Samudera Hindia ini rawan bencana.
Beberapa kali Indonesia diterjang bencana besar. Banjir, erupsi gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, juga tsunami.
Namun, ada satu hal yang sangat dikagumi Dubes Perera. Indonesia, menurut dia, adalah negara yang cepat tanggap dan bisa merestorasi keadaan setelah bencana dengan sangat baik.
Untuk itu, ia menganggap Sri Lanka harus belajar penanggulangan bencana dari Indonesia.
Berikut wawancara khusus tim Liputan6.com dengan Dubes Sri Lanka mengenai banjir besar di negaranya dan bagaimana mereka belajar banyak dari Indonesia terkait penanggulangan bencana.
Sri Lanka dilanda bencana banjir dan tanah longsor besar. Bagaimana kondisi terakhir negara Anda? apakah keadaan sudah mulai membaik?
Saya bisa ceritakan bahwa saat ini adalah masa yang sulit bagi Sri Lanka
Karena kondisi cuaca yang buruk yang disebabkan oleh hujan moonson telah berdampak pada sejumlah besar warga dan wilayah di negara kami.
Dua per tiga bagian negara telah terdampak, hingga 550 ribu orang yang mengungsi.
Hampir 200 orang telah meninggal dunia, lalu orang-orang yang kehilangan rumah mereka. Masih ada bahaya sehubungan dengan banjir lumpur dan tanah longsor berkaitan dengan sungai-sungai yang meluap.
Jadi situasinya amat sulit. Ada 15 distrik di Sri Lanka yang telah terdampak. Kami mencoba mengatasinya karena dampak bencana alam itu parah sekali pada warga, termasuk dalam bidang pendidikan.
Jadi kami mencari cara melindungi mereka, membangun kembali hidup mereka, mengembalikan tempat tinggal, dan segera menyediakan makanan dan penampungan, dan juga obat-obatan.
Secara spesifik bantuan apa yang dibutuhkan Sri Lanka saat ini?
Ada beberapa sektor yang harus kita cermati. Keperluan yang segera adalah untuk operasi pertolongan,
Ada beberapa negara yang menyediakan bantuan kepada pasukan dan tim penanggulangan bencana dalam menyelamatkan warga dan mengevakuasi mereka dari banjir lumpur dan daerah berbahaya.
Dan tentu saja bahan bantuan segera seperti makanan, air bersih, penampungan sementara, obat-obatan, makanan proses, pakaian, perlengkapan kebersihan. Semua itu dibutuhkan pada tahapan ini dan kami telah menerima bantuan dari dalam negeri dan juga dari negara-negara tetangga.
Apa bantuan yang Indonesia bisa berikan untuk meringankan beban masyarakat Sri Lanka?
Indonesia selalu menjadi sahabat yang kokoh dan dapat diandalkan bagi Sri Lanka. Ketika beberapa bulan lalu kami menghadapi kekeringan yang parah, Indonesia mengulurkan tangan melalui pemberian beras untuk mengatasi kelangkaan akibat kekeringan itu. Dan sekarang kami mengalami banjir dan cuaca basah yang parah.
Yang kami cari adalah kesempatan menjadi rekanan untuk membangun kembali daerah-daerah. Demikian juga kebutuhan segera untuk mengembalikan kesejahteraan warga
Jadi kami melihatnya ada tiga cara. Pada awalnya, kami melihatnya melalui benda-benda bantuan, yaitu selimut, tenda, generator, obat, pakaian dan makanan proses. Nah, itu suatu kategori, yaitu keperluan mendesak.
Kemudian, kami juga melihat untuk jangka menengah, yaitu kebutuhan dana untuk membangun kembali rumah-rumah, membangun kembali perikehidupan. Sangat kritis ketika kita melangkah maju.
Situasinya belum cukup tenang walaupun siklon yang terbentuk di Teluk Bengal sudah menjauh dari Sri Lanka. Situasinya masih sulit, jadi ada kebutuhan untuk pertolongan segera.
Namun, pada saat yang sama kami harus merencanakan pembangunan kembali bagi 550 ribu orang yang telah terdampak oleh hal ini. Dan juga mengayomi keluarga dari 200 warga yang telah meninggal dalam bencana ini.
Jika kejadian hujan deras datang di masa depan, langkah preventif apa yang akan pemerintah Sri Lanka lakukan?
Begini, tantangan dalam penanggulangan bencana adalah pada kesiapan terhadap bencana. Kita tidak mungkin menghentikan bencana alam, tapi kita bisa mengurangi dampaknya.
Kita bisa lebih baik dalam persiapan. Dan untuk itu pun, menurut saya, kita memerlukan kerja sama internasional. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak pengalaman dalam hal itu.
Dan kami sudah pernah membahas dengan pemerintah Indonesia untuk mencari cara membangun kapasitas di Sri Lanka melalui kerja sama dan dukungan teknis kepiawaian Indonesia agar kami lebih siap menghadapi situasi ini.
Saksikan cuplikan video wawancara dengan Dubes Sri Lanka, Dharsana M. Perera berikut ini: